.
.
.Jaehyuk pamer senyum pepsodent, "Kita yang bunuh mereka sebelum mereka bunuh kita, gimana?"
Jeongin masih belum konek dan Jaehyuk udah mengeluarkan sebuah pistol dari saku celananya. Jeongin seketika mendelik, melihat keberadaan benda yang tidak seharusnya itu di tangan adeknya. Keadaan itu jatohnya kayak kakak yang tetiba lihat adeknya yang masih bayi megang rokok.
"Anjing lu, Jaehyuk! Dapet darimana lu, hah?" Tanya Jeongin sambil memukul kepala adeknya. Emang Jeongin kebiasaan kalo main tangan pasti sasarannya kepala—tapi kalo pas lagi mode kalem pun biasanya yang dielus elus juga kepala adek adeknya.
"Minjem kak Juyeon aku, Kak." Kata Jaehyuk sambil merintih menahan sakit di kepalanya.
"Minjem atau ghosob lu, hah?" Tanya Jeongin lagi.
"Ghosob sih, sebenernya. Tapi sekarang bukan itu masalah utamanya, kan?" Kata Jaehyuk lagi.
'PRAK!'
Suara kaca kereta yang pecah kembali terdengar nyaring. Jeongin akhirnya setuju jika sekarang bukan soal darimana Jaehyuk mendapatkan pistol itu melainkan bagaimana cara mereka selamat sekaligus menghalangi para teroris itu melanjutkan rencananya."Oke, apa rencana lu?" Tanya Jeongin pada Jaehyuk.
"Sebenarnya ini agak gila." Balas Jaehyuk.
"Gpp, emang ada rencana kalian yang nggak gila, hah?"
Setelah mendengar rencana Jaehyuk, barulah Jeongin sadar kalo emang rencana adeknya emang segila gila itu. Dia sampe nggak habis pikir sama pemikirannya Jaehyuk, kok ada orang yang bisa mikir kek dia gitu.Jeongin turun dari gerbong kereta sambil mengangkat kedua tangannya. Ketika para teroris itu tahu jika Jeongin yang turun, sesuai dengan tebakan Jaehyuk, mereka berhenti menembak. Pasti mereka masih berusaha membawa Jeongin hidup hidup guna diberikan kepada klien mereka yang orang Rusia itu.
"Tahan tembakan, kerabat Rostislav harus dibawa hidup hidup." Sebuah suara familiar, yaitu milik Caesar bergema di dalam sana.
"Emm, sebenarnya kalian tau, kan? Kalau polisi udah tahu rencana kalian dan soal koneksi kalian dengan pejabat itu?" Kata Jeongin.
"Anak sialan itu membeberkannya, ya gua tau." Kata Caesar.
"Well, adek adek gua emang anak baik baik semua. Jadi bisa nggak lu stop gangguin mereka?" Tanya Jeongin.
"Kalau gua nolak?" Tanya Caesar.
"Gua bakal bantuin lu buat ketemu Tuhan lebih cepat, itupun kalau lu percaya sama Tuhan, sih." Jawab Jeongin.
"Bisa apa lu, hah? Lu cuma anak SMA, sendirian, tanpa senjata." Kata Caesar sambil mendekat ke arah Jeongin.
"—Dan punya adek lucu yang entah gimana ceritanya bisa bunuh orang." Balas Jeongin setelah Caesar berhenti tepat di hadapannya.
Setelah bilang begitu, sebuah tembakan melesat dan langsung mengenai Caesar. Jeongin dengan cepat segera merampas senapan yang Caesar bawa dan berlari menjauh karena bawahan Caesar mulai menembakinya. Jaehyuk sebagai pelaku penembakan pertama hanya tersenyum puas saat Jeongin mengakuinya 'lucu'.
Jaehyuk menarik salah satu peledak yang terpasang di kursi kereta dan melemparkannya ke arah para teroris itu, karena memang pemicu ledaknya telah dirusak, Jaehyuk pun harus menembaknya terlebih dahulu. Namun karena matanya Jaehyuk itu aslinya emang minus dan dia nggak bawa kacamata sekarang, dia nggak berhasil menembaknya, tembakannya terus meleset.
Jeongin yang kesal lantas untuk pertama kalinya menembakkan sebuah peluru dari senapan Caesar yang dia bawa. Dan hanya dengan satu kali tembakan, pelurunya berhasil mengenai bom itu, membuatnya meledak. Untungnya karena Jaehyuk melemparnya lumayan jauh, ledakan itu tidak memicu ledakan pada bom lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...