3. Pertengkaran Kecil

1.7K 593 37
                                    

.
.
.

    Ketika Heeseung bangun, dia udah di salah satu kamar di rumah sakit. Dia melihat sekeliling dan menemukan Juyeon yang lagi berdiri di depan ranjangnya, bersandar pada dinding sambil menyilang tangan di depan dada. Ketika orang itu tau bahwa Heeseung udah sadar, dia berjalan mendekat.

  "Masih pusing?" Tanya Juyeon.

  "Ngapain lu disini?" Heeseung balik bertanya.

    Juyeon ketawa konyol, "kenapa ya? Mungkin karena lu nggak punya uang buat bayar biaya rumah sakit dan obatnya kali, ya?"

    Heeseung membuang muka.

  "Lu banyak pikiran akhir akhir ini?" Juyeon bertanya lagi.

  "Nggak."

    Juyeon menghela nafas. "Heeseung Zahuwirya." Juyeon memanggil dengan nada tegas, dia jujur tak pernah bicara dengan nada begitu kecuali sewaktu hari harinya jadi kriminal dulu.

    Heeseung yang denger suara baritonnya Juyeon, pertanda kalo Tetua nya Zahuwirya lagi marah auto merinding. Heeseung pun menatap ke arah Juyeon, memenuhi panggilannya.

  "Aku denger suara mereka lagi." Heeseung berucap, "mereka meminta tolong, mereka kesakitan."

    Juyeon mendekati Heeseung, sembari terus mendengarkannya.

  "Mereka bilang Pratabrama melakukannya, aku juga tau itu mereka. Aku harus membunuh mereka agar aku bisa tenang." Kata Heeseung.

  "Percuma sih, kalo kata gua." Juyeon menanggapi, "Pratabrama yang lu tau sebatas apa, sih, Hee? Kumpulan orang yang butuh banyak uang, hah? Kelompok yang sengaja membesarkan para anak malang seperti hewan ternak untuk dijual pada akhirnya?"

  "Pengetahuan lu kurang luas, Heeseung. Pratabrama nggak sekecil itu. Gua berani taruhan sebelum lu bisa nyentuh Pratabrama manapun, lu bakal mati di tangan anak buah mereka." Lanjut Juyeon.

  "Aku bisa menyentuh salah seorang diantara mereka.. bahkan aku berani bertaruh bahwa aku bisa membunuhnya dengan cara paling hina, adikmu itu—"

  "Coba aja kalo lu bersedia mati di tangan gua." Juyeon melirik tajam ke arah Heeseung, menunjukkan pada anak itu, siapa yang lebih dominan di Zahuwirya sekaligus mengingatkannya soal posisi Heeseung di rumah besar itu. "Jangan salah paham, Heeseung.. cuma karena gua keliatan nggak peduli sama masalah lu itu, bukan berarti gua biarin lu ngelakuin apapun seenak jidat lu. Lu beruntung karena gua nggak bertindak apa apa ketika lu mulai nyiksa Hongjoong dengan selalu ngingetin dia soal Seonghwa."

  "Dengerin gua, bocah.. ketika lu macem macem ama Hongjoong, bahkan arwahnya Seonghwa yang nggak terima bisa aja nyekek lu sampe mati di dalem mimpi lu sendiri. Lu nggak tau apa apa soal hubungan batin—"

  "Kau bilang aku nggak tau apa apa?! Adik adikku mati! Mereka mati karena Pratabrama! Dan kau hanya bilang padaku untuk mengikhlaskannya?! Jangan bercanda! Mereka segalanya! Aku bersedia menjadi pembunuh untuk mereka! Dan kau dengan entengnya mengataiku tak tau apa apa soal hubungan tanpa darah yang lebih kuat dari apapun?!"

    Juyeon menatap lurus ke arah Heeseung, "Ya, lu nggak tau apa apa. Karena kalau lu tau.. lu nggak bakal ngelakuin itu ke Hongjoong."

    Setelah berucap begitu, Juyeon yang nggak mau ngeluarin kata kata mutiaranya lebih banyak pun segera keluar dari ruangan itu. Tepat setelah dia keluar, dia disambut sama Hongjoong yang duduk di salah satu kursi yang ada tepat di depan ruangan itu.

  "Apa nguping pembicaraan orang udah jadi hobi baru lu, Joong?" Tanya Juyeon.

  "Nggak seharusnya lu ngomong gitu ke Heeseung." Kata Hongjoong.

[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang