7. Indikasi Pelaku

1.5K 580 100
                                    

.
.
.

    Mendengar pernyataan Beomgyu membuat yang lain terkejut. Beomgyu bisa merasakannya, bahwa saudara saudaranya ini pasti sedikit tidak terima dengan Beomgyu yang nampak seperti mengambil keputusan sendiri tanpa menunggu pendapat dari yang lainnya. Karena Beomgyu merasakannya, makanya dia kemudian berkata,

  "karena lu sendiri yang bilang kalo penyelesaian kasus ini terserah kreativitas kami, Kak.. artinya kalo gua ngelakuin ini sendiri, lu nggak bakal komen apa apa, kan?"

    Mendengar ucapan Beomgyu itu membuat Jaemin menghela nafas. Anak ini lebih individualisme dari yang dia kira, sebenarnya Jaemin nggak tau pasti kenapa Beomgyu sebegitu inginnya membongkar ruang Klub 513 dan mencari sesuatu yang dia percaya ditinggalkan oleh Seonghwa untuk Hongjoong. Namun mengingat dulu dia dan teman temannya juga hanya ngikut keinginannya Jeno mengambil ruang Klub yang ternyata menyimpan banyak rahasia (kutukan) ini, Jaemin mending diam aja.

  "Ya." Jaemin menjawab sedikit tak ikhlas, "itu jadi urusan lu, Beom. Tapi gua mau ngingetin, korban jiwa karena kasus di Klub 513 itu lebih banyak dari yang lu kira, artinya lu beneran bisa mati kalo sendirian."

    Beomgyu tersenyum, sebenernya anak itu senyum teduh, tipikal senyum jenaka anak SMA pada umumnya, namun di mata Jaemin, senyum itu ngasih arti lain buat dia, senyum itu menunjukkan betapa Beomgyu tak begitu peduli jika nanti dia bisa mati karena melakukannya sendiri. Pemuda yang udah lebih dari siap untuk mati—begitu Jaemin menyebutnya.

  "Kalo mati, biar mati aja udah." Balas Beomgyu.

    Jaehyuk melebarkan mata, dia telah mendengar kalimat serupa dari Hongjoong kala itu, dan Jaehyuk merasa sakit di dadanya. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak Hongjoong dan Beomgyu sampai keduanya sama sama memiliki pemikiran dangkal seperti ini? Hidup seperti yang Jaehyuk ketahui adalah terus bertahan hari demi hari di atas jalanan terjal hingga batas yang telah Tuhan tetapkan, namun untuk kedua orang itu tampaknya, hidup hanyalah penyebrangan di persimpangan lampu merah, hanya ada dua kemungkinan, tertabrak dan mati atau selamat dan melanjutkan hidup.

    Tanpa sadar, Jaehyuk melangkah mendekati Beomgyu lalu tangannya menggenggam tangan saudaranya itu. Beomgyu sedikit tersentak dan spontan menoleh ke arah Jaehyuk yang diam saja padahal anak itu sadar Beomgyu menoleh kepadanya. Tapi Beomgyu cukup tau kalo perlakuan Jaehyuk itu bermaksud untuk memberitahunya bahwa Jaehyuk akan ikut bersamanya.

  "Apakah kami akan diizinkan untuk mendekati TKP?" Jeongin bertanya.

    Jaemin mengangguk singkat, lalu dia bangun dari duduknya, bermaksud untuk pergi dari sana. "Cukup tunjukkan surat itu dan kalian akan dipersilahkan untuk masuk. Selain itu, kalian juga akan melihatnya."

  "Melihat apa?" Tanya Sungchan.

  "Tali silaturahmi antara Klub 513 dan polisi." Balas Jaemin.

.
.

    Setelah bel pulang sekolah terdengar di seluruh penjuru sekolah, kelima Zahuwirya itupun segera menuju rumah Chenle menggunaka taksi. Di dalam mobil itu, suasana hening sampai si supir agak agak terintimidasi dengan keheningan anak anak SMA yang umumnya tidak se pendiam ini. Si supir seakan tahu bahwa kelima anak ini tampaknya bukanlah teman baik.

    Sampai di rumah besar Chenle, kelimanya turun. Setelah membayar, Beomgyu berjalan dahulu menuju garis polisi yang terbentang di gerbang rumah. Ketika Beomgyu mencoba masuk, dia tiba tiba di dorong oleh seorang polisi sampai hampir jatuh kalo Sungchan dengan tubuh tingginya nggak menopang punggung Beomgyu yang oleng itu.

  "Ini bukan tempat untuk kalian nongkrong. Segeralah pulang!" Bentak polisi ini.

    Heeseung menunjukkan kertas panggilan yang Jaemin berikan tadi kepada polisi itu, tampak si polisi menghubungi pimpinannya lewat handy talky, setelah beberapa saat dia menelisik kelima remaja SMA yang masih berseragam itu sebelum mengizinkan mereka masuk.

[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang