.
.
.Sungchan menggaruk telinganya yang tiba tiba gatal, sebagai satu satunya yang masuk jurusan IPS diantara semua saudaranya yang masuk IPA, dia mau nggak mau harus berjuang sendiri buat belajar. Pokoknya jangan sampai aja dia doang, yang nilainya di bawah KKM, soalnya manusia yang namanya Hongjoong galak banget kalau udah menyangkut nilai sekolah—gayanya kayak tiap orang sepinter dia gitu.
Mata Sungchan sebenarnya ngajakin merem karena dia akhir akhir ini nggak bisa tidur nyenyak, banyak hal yang menghantui pikirannya, terutama soal Yunjin yang benar benar membuat Heeseung akan membantu keduanya mencapai tujuam. Awalnya Sungchan hanya menceritakan soal kesempatan dalam kesempitan dalam memanfaatkan Heeseung pada Yunjin, tak disangka partner of crime nya itu menganggap serius omongannya.
Hari ini dia belum ketemu Jeongin ataupun Beomgyu, tapi dia sudah ada dugaan kalau kedua anak itu bolos sekolah hari ini, untuk memecahkan kasus itu. Sungchan diintruksikan untuk menjadi netral, makanya dia nggak terlalu kepo baik oleh progres dari Beomgyu-Jeongin ataupun Jaehyuk-Heeseung.
"Hei." Suara seseorang yang dia kenal baik mengalihkan lamunannya, dia menengok, menatap Yunjin yang entah kenapa wajahnya sedikit gugup, nggak kayak biasanya.
"Apa?" Tanya Sungchan.
"Lu tau Heeseung udah ngelakuin apa buat menuhin keinginan kita, kan?" Tanya Yunjin.
"Iya tau, makanya gua bilang, nggak lama lagi Heeseung bakal nyerahin orang itu ke kita. Kenapa?" Tanya Sungchan.
"Lu nggak ada dicurigai karena pembunuhan beberapa keluarga itu, kan?" Tanya Yunjin balik.
Sungchan menekuk alis, "lah? Ngapain, njir? Kita nggak ada nyenggol apa apa."
"Lu nggak takut Beomgyu curiga kalau itu kelakuan lu, hah? Sengaja nggak sengaja, kalau dilihat dari kecurigaan dia, pasti ngarah ke elu, kan?" Balas Yunjin.
"Sekalipun kita tau dalangnya, tapi kita kan, nggak ada ikut campur apa apa." Kata Sungchan. "Kalau seumpamanya aja nih, gua terlibat ama pembunuhan masal itu, gila bener gua ikutan Beomgyu menyelidiki kasusnya, bunuh diri itu namanya."
"Well, ada yang bilang kalau tempat sembunyi paling aman itu di depan publik." Kata Yunjin. "Tapi nggak bisa dipungkiri kita emang terbantu banget sama kasus itu, pengawasan polisi condong ke sana, jadi kita bisa segera mulai rencana kita."
"Tunggu bentar lagi aja, firasat gua jelek." Kata Sungchan.
"Tumben?" Ucap Yunjin.
"Entah bener atau nggak, tapi akhir akhir ini gua ngerasa diawasi 24/7, njir. Kayak ada yang mantau gerak gerik gua aja gitu." Balas Sungchan.
"Perasaan lu aja paling." Ucap Yunjin sambil mulai berjalan pergi dari kelasnya Sungchan.
"Lu nggak ada ngerasa diawasi? Kalau seumpama lu juga ngerasa, kayaknya kegiatan kita udah terendus polisi." Kata Sungchan.
"Nggak, tuh? Biasa aja." Balas Yunjin.
"Hati hati." Kata Sungchan, "kalau kita gagal, kita beneran nggak bakal punya kesempatan untuk punya kehidupan normal lagi. Gua mau bahagia."
Yunjin tersenyum samar, "gua juga."
Setelahnya, Yunjin beneran pergi, dia berjalan melewati koridor lantai tiga sekolahnya, sesekali memelankan langkah untuk menyapa beberapa temannya dan para guru yang lalu lalang. Dia kemudian berhenti secara kebetulan di depan mading sekolah, mengamati jika mading itu telah diganti.
Hanya beberapa saat rasanya Yunjin berdiri disana namun tiba tiba koridor telah begitu sepi. Benar benar langsung sepi begitu saja padahal beberapa saat lalu masih ada beberapa siswa yang lalu lalang. Yunjin bergidik, instingnya memberitahu jika ada bahaya yang mengintainya. Yunjin menoleh kanan kiri, menatap dua ujung koridor bergantian bersiap untuk terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...