11. Petunjuk Samar

1.6K 582 142
                                    

.
.
.

    Heeseung sekarang duduk di kursi samping kasur Jaehyuk di Rumah Sakit kita semua, RS Cipta Sehat. Makin dia lihat, tampaknya Jaehyuk makin kesini makin aneh aja—masa lalunya maksud Heeseung, kalo soal kelakuan, dari sananya emang udah rada rada anaknya.

    Jungwoo yang beberapa saat lalu ada di ruangan itu memberitahu Heeseung bahwa Jaehyuk memiliki PTSD yang penyebab traumanya masih belum diketahui. Walau karena kajadian tadi bisa Heeseung tebak kalo anak itu traumanya nggak jauh jauh dari kecelakaan. Kemungkinan besar ada kecelakaan yang menimpa dia dan keluarganya sehingga menewaskan kedua orang tua anak itu.

    Kan, itu adalah yang paling masuk akal kalo sampai bisa bikin trauma. Kalau bukan itu, maka Jaehyuk ini perlu dicurigai lebih lanjut. Lunayan nggak pantas sebenarnya kalo si Heeseung yang ngomong ke Jaehyuk perlu dicurigai soalnya dia juga bukan orang yang punya masa lalu lempeng dan dipertemukan dengan Hongjoong dalam kejadian yang nggak baik juga.

    Nggak lama setelahnya Jaehyuk bangun, tapi anak itu nggak selow sama sekali, dia tersentak bangun kayak baru dapet mimpi buruk. Jaehyuk menatap kanan kiri dan perlahan tenang ketika melihat Heeseung duduk di samping kasurnya, Jaehyuk menghela nafas panjang dan melepas selang oksigen dari wajahnya.

  "Aku keliatan buruk banget, kan?" Kata Jaehyuk.

    Heeseung menggeleng, "nggak, kok."

    Jaehyuk tersenyum, "aku suka kamu yang kayak gini, Heeseung. Aku harap kamu bisa kayak gini juga ke Beomgyu."

    Heeseung menghela nafas panjang. "Lu tau, Jae? Beomgyu sebenernya juga nyangka kalo Pratabrama pelakunya. Tapi dia plin plan sama keyakinannya sendiri."

    Jaehyuk lantas langsung menoleh. "Terus kamu yang katanya mau berangkat dari Pratabrama bakal ngapain buat memulai?"

  "Nyari koneknsi." Balas Heeseung.

.
.

    Jam setengah sembilan malam Jeongin dan Beomgyu tiba di depan club malam yang Jaemin tulis di kertas itu. Keduanya saling tatap sesaat sebelum berjalan bersama masuk ke dalam tempat maksiat itu, sampai di dalam, seperti yang bisa dibayangkan oleh orang orang awam tentang kehidupan malam di kota besar, berbagai kenikmatan sesaat duniawi langsung disuguhkan di depan Beomgyu dan Jeongin.

    Keduanya lantas mengabaikan semua itu dan berjalan menuju sebuah meja panjang yang tersedia kursi kursi tinggi berjarak sekitar 1 meter satu sama lain. Keduanya duduk dan langsung menangkap sosok pemuda yang mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku, dia mengenakan jeans hitam dan terdapat apron kecil dengan warna serupa melingkar di pinggangnya.

  "Pertama kalinya datang kemari? Aku belum pernah bertemu kalian." Sapanya ramah.

    Beomgyu dan Jeongin dengan kikuk pun mengangguk.

  "Ingin mencoba sesuatu yang ringan? Kami memiliki beberapa menu baru untuk pemula—"

  "Kak Hui." Beomgyu menyela si bartender.

    Hui yang telah dipanggil itu lantas meletakkan gelas saji yang dia bawa, menoleh, memberi atensi penuh kepada dua anak itu. Dia mengamati sebentar sebelum bertanya sambil terus tersenyum, walau senyumnya kali ini tampak sangat tidak enak dilihat,

  "Apakah Jaemin yang mengirim kalian?"

  "Kak Jaemin cuma ngasih info, gua inisiatif buat datang sendiri." Balas Beomgyu.

  "Oh," Hui tersenyum. Dia kemudian mulai mengelap gelas gelas kaca yang memang jadi kerjaannya. "Jadi, apa yang bisa gua bantu buat kalian?"

  "Kak, lu tau soal pembunuhan satu keluarga itu, kan?" Tanya Jeongin.

[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang