.
.
."Moran." Balas Sungchan lugu.
Juyeon menepok jidat, "ya-ya kan, emang itu.. Sungchan, Allahu.."
Sungchan langsung cengo. "Loh? Sama toh, Kak?"
"Iyaaa Sungchan, samaa... Jangan sampe gua pukul muka lu itu." Kata Juyeon. "Eh, bentar deh, lu dari kecil udah gabung ama teroris, hah?!"
Sungchan dengan takut mengangguk, "ta-tapi aku ikut dalam oprasi itu masih empat tahun lalu, Kak. Itu, kakakku bergabung lebih dulu, karena kami tidak punya ruma untuk pulang bahkan di rumah orang tua kami sendiri, dia membawaku bersamanya dan memperkerjakan ku sebagai penyelundup senjata, anak kecil jarang dicurigai, bukan begitu?"
"Kemudian setelah aku sudah cukup terlatih, aku mulai melakukan pengeboman di luar negeri. Aku memisahkan diri dari saudaraku, makanya aku bersama Yunjin disini. Saudaraku itu, kabar terakhirnya berada di Vietnam." Lanjut Sungchan.
"Kenapa?" Tanya Juyeon.
Sungchan tertawa sebentar, "aku sempat sekarat setelah melakukan sebuah pengeboman di Vatikan, namun aku ditolong oleh seorang pendeta tua buta yang kemudian membimbingku untuk lebih taat kepada Tuhan. Sekitar 9 bulan aku tidak lagi melakukan aksi teror apa apa, hingga pendeta itu kemudian meninggal dunia, dan aku dipilih untuk menggantikannya melakukan pelayanan di Gerejanya. Hidupku mulai baik baik saja dan aku mulai mengira jika mereka tidak akan mencariku lagi. Tapi aku salah."
Mendengar itu, Juyeon jelas nggak bisa untuk tidak teringat dengan Hyunjin dari Klub 513 yang juga seperti Sungchan ini. Mereka sama sama mengira jika mereka telah aman dan tak akan ada yang mencari mereka. Namun nyatanya salah, mereka tidak akan selamanya bisa bebas dari apa yang pernah mengikat mereka, terlebih jika itu sebuah organisasi gelap macam mafia dan teroris.
Makanya ada sebutan 'Ritual Gagak' dikalangan para anggota organisasi ilegal seperti itu—yang mensugestikan bahwa mereka tidak akan bisa lepas—tidak akan bisa pensiun kecuali jika mereka telah mati.
"Aku diminta untuk melanjutkan teror di tempat tempat yang memang telah diajukan dan aku mulai merasa bahwa aku tidak lagi bisa melakukan ini. Mereka kemudian memberikanku dan Yunjin tugas terakhir, mereka bilang jika ini yang terakhir untuk kami berdua, jika kami berhasil, maka kami dijanjikan kebebasan. Dan itu adalah membawa seorang Rosblond pada mereka dan menggiring rencana itu hingga berhasil.. aku telah mencarinya dan aku menemukan Jeongin sebagai anggota keluarga Zahuwirya, lalu ketika Kak Moonbin datang dan berniat mengadopsiku, aku langsung menerimanya, dengan dalih untuk mencari seseorang yang bisa aku jadikan panutan yaitu Beomgyu." Jelas Sungchan.
"Rencana apa itu, Sungchan?" Tanya Juyeon.
"Kami akan memasang bom." Balas Sungchan, "untuk membunuh Raja Arab Saudi dan rombongannya."
"Pembajakan pesawat?" Tanya Juyeon.
Sungchan dengan takut mengangguk. "Aku dan Yunjin telah ditugaskan untuk melakukan itu, sementara Caesar dan yang lain akan menanam bom di Istana Negara, untuk membunuh Presiden. Namun dengan tertangkapnya aku, mereka pasti akan mengubah rencananya, secepat mungkin karena Raja Arab Saudi dan rombongannya akan segera kembali ke negaranya."
"Nggak ada yang bisa dilakukan?" Tanya Juyeon.
"Ada," kata Sungchan, "karena kelompok teroris normalnya berpencar pencar, Caesar akan memberi arahan atau memberi kode komplotannya lewat sebuah unggahan di internet, karena mereka juga ingin menantang aparat untuk bisa memecahkan kodenya."
"Kalau diizinkan, kalau polisi bisa percaya sama aku, Kak. Aku bakal bantu." Lanjut Sungchan.
Juyeon menghela nafas lalu tanpa diduga, dia memposisikan tangannya di bawah bibir Sungchan dalam posisi menadah. Sungchan jelas kebingungan dengan perlakuan Juyeon itu, dia menatap ke arah Juyeon dengan wajah kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...