10. Dua Sisi

1.5K 592 35
                                    

.
.
.

    Setelah Sungchan selesai bicara, Beomgyu dengar pemuda itu menyalakan kran air di wastafel. Hanya beberapa saat sebelum kran itu mati dan langkah kakinya menjauh dari sana. Setelah Beomgyu rasa pemuda itu benar benar telah pergi, dia dengan berhati hati membuka pintu bilik toilet dan menghela nafas lega karena Sungchan benar benar pergi dari sana.

    Beomgyu menghampiri wastafel yang masih terdapat sisa sisa percikan air di sana, dia mengamati sebentar dan menebak bahwa Sungchan baru saja membasuh mukanya dengan air, entahlah, untuk mengembalikan kewarasannya, mungkin?

    Pada detik ini, Beomgyu mulai merasa bahwa Sungchan bukanlah pilihan tepat untuknya berbagi informasi yang dia dapatkan dari Jaemin tadi. Memang Beomgyu tidak bisa memastikan apa yang memperkuat dugaannya itu, namun dia cukup yakin bahwa Sungchan.. bagaimana menyebutnya—di mata Beomgyu tampak berbahaya sekarang.

    Selesai mencuci tangannya, Beomgyu segera pergi ke kelasnya, sambil terus menduga duga apa yang kemungkinan besar menjadi gambaran paling akurat tentang latar belakang ataupun identitas asli dari Sungchan Zahuwirya. Memang mereka berlima tidak ada yang pernah menyebutkan siapa nama belakang asli mereka sebelum menjadi Zahuwirya, tidak ada yang memulai untuk menyembunyikannya, namun itu tampak sudah otomatis terjadi, tidak ada yang buka suara dan tidak ada yang menanyakannya pula.

    Saat sampai di kelas, Beomgyu tersenyum puas karena belum ada guru pengajar disana, dia berjalan lurus ke bangkunya yang berada di depan Jeongin. Kakaknya itu seperti biasa sedang mengistirahatkan kepalanya di atas meja, berbantalkan buku buku miliknya.

  "Kak." Panggil Beomgyu tepat setelah pantatnya menyentuh kursinya.

  "Hmm.." Jeongin merespon.

  "Ntar malem temenin gua." Kata Beomgyu.

  "Kemana?" Tanya Jeongin sambil mengangkat kepalanya.

    Beomgyu tidak menjawab dan hanya menyodorkan kertas yang Jaemin berikan padanya tadi. Jeongin meraihnya dan alisnya terangkat karena terkejut —atau mungkin terkagum dengan apa yang ada di dalam kertas itu.

  "Oh, orang itu ternyata." Kata Jeongin sambil mengembalikan kertasnya pada Beomgyu.

  "Apa?" Beomgyu bertanya.

  "Gua sebelum ketemu Juyeon sering denger soal beberapa gelandang yang dipekerjakan sebagai mata mata jalanan. Jadi orang ini, Kak Jaemin yang mempekerjakan mereka, gitu doang, sih. Gua pernah kepingin ngikut mereka tapi ternyata mereka dipilih langsung sama Kak Jaemin, jadi walau gua ikutan stalking orang, gua nggak ikutan dapet cuan." Jelas Jeongin.

  "Gua juga baru tau kalo Kak Jaemin koneksinya lumayan juga, nggak se bergengsi punyanya Kak Juyeon emang, tapi sama sama rada ngeri juga." Kata Beomgyu.

  "Buat masuk bar itu, setahu gua minimal 17 tahun, so, kita berdua bisa masuk buat nyariin bartender itu. Gua luang juga buat nemenin lu. Tapi gua agak heran kenapa lu nggak ngajak Sungchan aja? Kirain lu bakal lanjutin penyelidikan sama dia." Kata Jeongin.

    Beomgyu menengok kanan kiri dan menyadari bahwa kayaknya kelasnya bakal jamkos, soalnya orang orang di kelas rame sendiri, nggak ada yang naruh atensi ke mereka berdua. Beomgyu lalu mendekatkan kepalanya ke arah Jeongin, otomatis Jeongin juga melakukan hal sama.

  "Makin gua lihat, kelakuan Sungchan makin memperlihatkan adanya indikasi kalo dia bukan orang biasa." Kata Beomgyu dengan nada lirih.

  "Soal kebiasaannya mengurung diri di gereja?" Tanya Jeongin.

    Beomgyu menggeleng. "Nggak, bukan soal kebiasaannya yang itu. Gua tadi nggak sengaja lihat bekas luka tembak di lengannya, dan gua yakin kalo itu bukan satu satunya luka, dia coba bua nutupin itu, makanya dia di rumah selalu pake baju dan celana panjang. Terus juga.. lu tau nggak sih, Kak.. kalo Sungchan itu fasih ngomong bahasa Rusia?"

[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang