.
.
.Jaemin yang pagi pagi udah agak emosi gara gara kesiangan itu pun dibuat sport jantung ketika dia masuk ke dalam kelasnya dan menemukan keberadaan Heeseung di kelas itu. Dia tau kalo harusnya anak itu nggak masuk sekolah untuk beberapa hari kedepan—Jungwoo kemarin bilang padanya untuk memberikan izin kepada Heeseung dengan alasan pemulihan untuk satu hingga dua minggu ke depan. Terus ini pasien poli psikiatrik ngapain di kelasnya.
Tanpa memperdulikan tatapan aneh para siswanya, dia berjalan menuju Heeseung, berdiri di samping anak itu yang juga menaruh atensi padanya.
"Lu—kamu Heeseung, bukannya kamu masih harus di rumah sakit?" Tanya Jaemin.
"Pihak rumah sakit telah mengizinkan saya untuk pergi ke sekolah." Balas Heeseung.
Dari nada suaranya terdengar jelas kalau Heeseung yang sedang bicara padanya ini—bagaimana menyebutnya adalah Heeseung yang lain. Nada suaranya lembut, tatapan matanya pun sama lembutnya, tipikal siswa SMA pada umumnya, yang membuat Jaemin berpikir, 'anak SMA sebenarnya tuh, emang kek gini'—tapi walau begitu, Jaemin merasakan hal janggal, dia udah curiga, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi.
Tak ingin membuat siswa yang lain merasa curiga dengan kelakuannya. Jaemin memutuskan untuk mengabaikan Heeseung dan memulai pelajaran. Namun dia diam diam menyempatkan diri mengirim pesan kepada Jungwoo, memastikan apakah anak ini benar benar sudah boleh pulang atau cuma akal akalannya saja. Soalnya kalau emang Heeseung udah baik baik aja, dia pasti bukan Heeseung dengan kepribadian yang ini, kan?
Masalahnya ini anak baru aja hampir nusuk orang kemarin, masa iya tetiba orang orangan Rumah Sakit mengizinkan pasien mereka ini pergi? Aneh aja, gitu. Kecuali, kalau Heeseung ini emang punya 'talent' yang sama dengan Seonghwa seperti yang Hongjoong ceritakan padanya,
The manipulation thing—gitu kalau Jaemin nyebutnya.
Kalau emang begitu, jadi jelas siapa yang memerintah siapa.
.
.Hanya beberapa saat setelah bel istirahat berbunyi, koridor lantai dua di gedung yang terpisah dari bangunan utama sekolah begitu bising dengan suara langkah kaki yang berlari, membuat lantai ikut terasa bergetar. Pintu ruang kelas 11-D IPA yang emang jadi cuma satu satunya ruangan berpenghuni itupun dibanting kencang oleh seorang siswa dari kelas lain, seluruh penghuni kelas yang emang belum sempat keluar kelas untuk sekedar ke kantin atau ke kamar mandi pun terkejut dengan kedatangan tidak biasa itu.
Beomgyu sebagai pelaku berjalan sambil menghentakkan kaki menuju bangku yang ada di pojok belakang itu. Anak itu sudah nggak denger sama suaranya Jeongin yang berusaha memintanya tenang.
"Apa rencana lu ku kali ini, hah?" Tanya Beomgyu.
"Apapun itu, satu hal yang gua tau, lu udah terlambat buat menggagalkannya." Balas Heeseung.
Tersulut emosi, Beomgyu segera mencengkram kerah baju Heeseung dan menariknya, membuat Heeseung berdiri dari posisi duduknya. Suasana kelas langsung lumayan ricuh karena pertengkaran itu.
"Dengerin gua, Heeseung.. gua yakin bahkan Kak Seonghwa udah punya rencana buat bunuh lu sebelum dia mati kalau lu macem macem sama Kak Hongjoong. Otak lu itu terbuat dari apaan sih, hah? Kenapa pikiran lu itu jahat terus? Salahnya Kak Hongjoong apaan—"
"Gua mending jadi orang jahat!" Heeseung menyela omongannya Beomgyu, "daripada gua dibenci sama adek adek gua, gua mending jadi orang jahat.. mereka bakal benci sama gua kalau gua nggak bunuh Pratabrama, nggak peduli kalaupun itu cuma mantan keluarga Pratabrama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly Effect
FanfictionBeomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeongin : "Sadar diri Heeseung.. lu juga anak nemu, anjir." Jaehyuk : "Seret betul bahasamu, Kak." Sung...