6. Kasus Perdana

1.5K 590 98
                                    

.
.
.

    Hari Senin pagi yang agak agak malesin pun tiba. Jeongin menidurkan kepalanya di atas meja, tapi dia nggak tidur sebenarnya, dia cuma naroh kepalanya disitu seakan emang otaknya lagi budreg banget perkara masalah dunia yang kayaknya kian hari bukannya berkurang tapi malah kian berat aja. Beomgyu yang duduk di depannya entah lagi ngapain, Jeongin nggak mau tau dulu untuk sekarang, karena biang keladi dari masalah hidupnya ini sebagian besar harus bisa dipertanggungjawabkan sama Beomgyu juga adek bungsunya.

  "Jeongin." Tiba tiba Beomgyu manggil.

  "Hm?" Balas Jeongin.

  "Chenle nggak masuk?" Tanya Beomgyu.

    Mendengar itu Jeongin mengangkat kepalanya dari meja dan melihat sekeliling, benar saja, Chenle nggak ada di kelas itu padahal biasanya suaranya yang bernada tinggi sering ganggu pagi harinya orang orang. Tapi Jeongin nggak ada curiga apa apa, sama sekali nggak ada prasangka buruk karena Chenle juga manusia, dia bisa aja sakit dan nggak masuk sekolah karena itu.

  "Paling sakit, atau izin pergi." Kata Jeongin.

  "Gua rasa nggak.. ini hari yang Chenle tunggu." Balas Beomgyu.

    Jeongin menaikkan sebelah alisnya, "yang dia tunggu?"

  "Hari ini ada seminar di ruang multimedia, dan dia udah nungguin itu sejak minggu lalu. Dia bahkan ngajakin teman temannya buat ikutan, karena dia emang nungguin banget seminar itu hari ini, bahkan dia bilang kalo dia bakal menunda semua acaranya minggu ini cuma buat ikut seminar itu." Kata Beomgyu.

  "Seminar apa?" Tanya Jeongin.

  "Nggak tau juga, tapi Chenle se excited itu buat ikutan seminarnya. Makanya gua bilang aneh kalo sampe dia nggak masuk hari ini." Balas Beomgyu.

    Beomgyu lalu bangun dari duduknya, dan menghampiri bangkunya Chenle. Beomgyu mengamati goresan samar, hampir tak terlihat di atas meja Chenle, kemungkinan besar goresan itu bukan dibuat oleh pemuda itu karena Chenle orang yang bersahaja, dia nggak mungkin sudi buat ngerusak fasilitas negara.

    Beomgyu lalu berjongkok, mengintip ke dalam laci meja itu, tangannya merogoh sesuatu dan menarik selembar kertas yang udah diremas berbentuk bola. Beomgyu kembali ke bangkunya, menghadap ke belakang dan membuka kertas itu pelan pelan agar tidak robek.

  "Chenle bukan tipe orang yang nyelipin sampah di dalem laci ga, sih?" Kata Jeongin, "paling ada orang iseng."

    Setelah Beomgyu berhasil membuka kertasnya dan membaca isinya, tubuhnya sedikit tertarik ke belakang, seperti orang terkejut namun ditahan, kedua alisnya naik dan matanya terbelalak kaget. "Ya, tapi kayaknya ini bukan cuma iseng, doang.. ada hal buruk yang terjadi."

'BRAK!'
 
 
  "Woy! Sumpah! Demi apa?!" Teriak Keeho tepat setelah dia membuka pintu kelas dengan seluruh tenaga dalamnya.

  "Kenapa? Kenapa lu panik sampe segitunya, hah?" Tanya Somi yang paling kaget karena duduknya paling deket sama pintu kelas.

  "KELUARGANYA CHENLE DIBANTAI MASSAL!" Keeho teriak lagi, kali ini lebih kenceng dari sebelumnya.

    Bagaikan petir di pagi hari, di hari Senin pula, seluruh kelas awalnya diem, saking shock nya mungkin, namun setelah sepersekian detik, semua orang di kelas langsung teriak kaget. Jeongin dan Beomgyu liat liatan. Itu dalem lubuk hatinya Jeongin yang paling dalam udah bilang gini, "jangan bilang ini mulutnya Beomgyu pendatang malapetaka".

    Beomgyu segera bangun dari duduknya dan menghampiri si Keeho yang heboh mengatakan bahwa berita yang dia bawa itu real, bukan hoax, apalagi cuma nge prank. Kayaknya ini si Keeho sadar diri kalo dia emang tukang lawak dan jarang banget nganggep suatu masalah dengan serius, makanya ketika dia menyampaikan informasi (sambil teriak) itu tadi, dia harus mastiin kalo orang orang nggak nganggep dia lagi ngelawak.

[✔] Klub 513 | vol.3 | Ep.1 : Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang