-66-

156 16 5
                                    

Pagi ini aku bangun disambut dengan rasa sakit yang memenuhi dada ku, disertai batuk darah dan alat-alat yang berbunyi kencang. Para dokter dan suster harus bekerja keras untuk membuat kondisiku kembali stabil, suatu rutinitas yang menyiksaku beberapa hari belakangan ini

Entah kenapa timbul sedikit rasa kecewa dalam hatiku saat masih tak mendapati keempat Eonnie ku disini. Jujur saja, aku merindukan mereka. Tapi sudahlah, masih ada Appa dan Jieun eonnie yang disini, juga Ruto dan Junkyu. Kurasa mereka akan cukup bagiku, walau masih terasa kosong tanpa kehadiran keempat malaikat ku

Junkyu sejak tadi duduk di sebelah ku, menggenggam tangan ku yang kini kurus sambil menangis tak berhenti. Aku tidak bisa menghentikan tangisnya, hanya sesekali mengeratkan genggaman itu berharap dia paham untuk berhenti menangis. Tapi tampaknya pria muda itu masih tak paham, nyatanya dia masih duduk disana dengan air mata yang membasahi wajahnya juga tangan kami

Aku ingin melihatnya tersenyum. Bukan Junkyu yang menangis berjam-jam lamanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku ingin mendengar suaranya yang ceria, senyumnya hangat, dan sifatnya yang jahil. Tapi tampaknya aku harus menunggu sedikit lebih lama lagi untuk itu

"Geumanhae, Junkyu yaa. Lihatlah dia, sampai kapan kau mau menunduk seperti itu terus ??" ucap Ruto pada sahabatnya yang enggan berhenti menangis

Ingin rasanya aku mengangguk. Apakah lehernya tidak lelah menunduk seperti itu ?? Dasar bodoh, sepertinya dia memang tidak bisa diselamatkan lagi. Aku yakin lehernya akan pegal saat dia kembali menegakkan kepalanya

"Seharusnya kau bangun lebih cepat, Carol ahh. Kau tidak tau betapa kami mengkhawatirkanmu" ujar Ruto sambil menepuk punggung Junkyu yang masih bergetar hebat

"Paboyaa, Carol tidak suka melihat mu menangis. Hanya saja dia tak bisa mengatakannya" aku bersyukur pria bernama Haruto itu disini, dia mengerti apa yang ingin ku sampaikan dengan baik

"Siapa yang menyuruhmu untuk tidur selama ini, eoh ?? Bagaimana kalau kau lupa untuk bangun ??" akhirnya Junkyu membuka suaranya yang kini terdengar serak dan lirih

Aku mengingat dengan jelas bagaimana mimpi indah itu membuatku lupa untuk bangun
"Banyak orang yang membutuhkanmu, mereka masih menunggumu untuk kembali, sayang."

Benar kata Eomma, mereka masih menungguku dan membutuhkanku. Aku membuat mereka khawatir terlalu lama, sampai-sampai Junkyu yang selalu ceria itu menangis dihadapanku

"Jangan membuat kami takut lagi, eoh ?? Ini adalah yang terakhir, arraseo ??" Tangannya mengusap kepala ku pelan, sentuhan itu membuat Ruto harus rela diberi tatapan intens dari Appa

.....

"Oppa, apakah kita benar-benar harus menunggu sampai minggu depan untuk pergi ke New York ?? Tidak bisakah kita pergi sekarang ??" Itu bukan Jennie eonnie, atau Chaeng eonnie, atau Lisa eonnie melainkan gadis sulung Kwon yang sejak satu jam yang lalu masih memperdebatkan masalah ini dengan manajernya

"Tidak bisa Jisoo yaa, jadwal kalian sudah ditetapkan. Kita tidak bisa mengubahnya begitu saja" Itu juga yang sudah dijelaskan berulang kali oleh manajer nya

Jisoo eonnie menghela napasnya kasar, sedangkan kedua adiknya yang lain hanya bisa pasrah. Berbeda dengan Jennie eonnie, gadis bermata kucing itu menghampiri pria yang umurnya tak jauh berbeda dengannya. Menatap dengan tajam pada mata manajer itu

"Kau akan membiarkan kami pergi atau tidak ??" tanyanya dengan nada dingin

"Aku tidak bisa--"

"Kuanggap jawabannya tidak. Geurae, kalau begitu kami akan pergi sendiri dengan pesawat pribadi keluarga kami" ucap Jennie eonnie sembari mencari nomor kontak pilot pribadi kami

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Being here isn't that easy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang