───────────────────
#15 ; Sisi Lain dari Cahaya Inazuma, start.
───────────────────"[Name], bangun."
Tepukan lembut di pipi [Name] mengganggu tidur nyenyaknya. Aslinya [Name] tidak memerlukan tidur, namun ketika merasakannya sendiri, ternyata tidur enak juga.
"...Miko? Apa yang terjadi?"
"Pengembara itu sudah melakukan tugasnya dengan baik. Sebaiknya kita juga bergegas." Yae Miko melirik pada Akuma yang jauh-jauh datang ke Kuil Agung Narukami hanya untuk memberitahukan apa yang terjadi di Tenshukaku.
"Fatui Harbinger, Signora, telah dimusnahkan dengan Musou no Hitotachi. Pengembara nyaris terkena tebasan, namun Kaedehara Kazuha menangkis Musou Isshin," lapor Akuma singkat dan jelas.
"Kaedehara?" [Name] seketika bangkit, tidak mungkin ada seorang yang bisa menangkis teknik maut Raiden Shogun. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa menahan tebasan Musou Isshin?
"Heika juga ada di sana, tanyakan saja padanya."
"Kita akan menanyakannya nanti, [Name], kau tahu apa yang harus kau lakukan?"
"Ya."
[Name] segera bergegas ke Tenshukaku, Yae Miko dapat masuk ke dalam Plane of Euthymia lewat omamuri yang ia berikan pada Pengembara, sementara ia harus mendekat dulu ke sekitar Raiden Shogun untuk masuk.
"Nona [Name]!" panggilan dari Heika tidak ia tanggapi, senjata dari Pasukan Watatsumi yang teracung gemetar padanya tak dapat menghentikannya. Ia melihat ke sekeliling, merasakan sisa kekuatan Raiden Shogun yang tersisa.
Tangannya menyentuh sesuatu, melebarkannya seakan merobek sehelai kertas. Sebuah portal terbuka, dan tertutup kembali ketika [Name] masuk ke dalamnya.
"Ara, kamu datang di saat yang tepat." Yae Miko tersenyum menatap kedatangan [Name].
"[Name]?" Ei juga terkejut melihat [Name] yang berantakan, dipikir-pikir lagi, [Name] sama sekali belum berbenah diri setelah bertempur melawan Scaramouche. Apalagi ia segera datang kemari saat baru saja bangun tidur.
"Yang Mulia, ambisi dari rakyat memang tidak akan mengganggu keabadian, tetapi ambisi itulah yang akan menopang Inazuma di masa depan."
Aether bangkit disertai bintang-bintang yang mengelilinginya. Bintang yang menjadi simbol ambisi dari rakyat Inazuma, harapan dan kepercayaan yang dipegang teguh untuk terus maju.
[Name] menatap sendu pertarungan Ei dan Aether, Yae Miko mengusap rambutnya dari samping untuk menenangkannya. Ei tidak mungkin bertarung serius, karena itulah mereka bisa tenang.
"Kamu kalah, Ei," kata Yae Miko. Ei terdiam beberapa saat, kemudian menghela napas.
"Haah... Ya, aku kalah."
"Kenapa kamu tidak mau percaya pada rakyat sendiri dan kekuatan ambisi mereka? Ambisi mereka sudah jauh melampaui ruang dan waktu, dan tidak bisa dipadamkan oleh siapa pun. Kamu lihat [Name], dia adalah satu-satunya peninggalan hidup kakakmu yang mencintai Inazuma, lihatlah bagaimana ia berjuang demi kebahagiaan rakyat Inazuma."
Ei menatap [Name] yang terlihat sedih. Melihat [Name], Ei teringat akan masa lalu. Saat-saat di mana ia menjadi seorang bayangan, membasmi semua rintangan yang sekiranya akan mengancam keamanan manusia. Sampai ketika ia kehilangan Makoto.
"Jangan pernah berhenti mencari, walau hanya sekejap kilatan cahaya. Bagaimanapun juga, setidaknya kita masih punya saat ini. Aku ingat, itulah yang ia katakan."
"Dan [Name] melakukannya persis seperti yang ia katakan, benar? Singkatnya, kamu hanya ingin melindungi Inazuma tercintamu selama-lamanya, 'kan?"
"Kamu terlalu menyederhanakan semuanya." Ei berbalik, berhenti menatap Yae Miko yang paling-paling sebentar lagi akan memainkan peran sempurnanya.
"Bagaimana jika ambisi [Name] yang menghilang?"
Tuh, 'kan.
"Peninggalan hidup berharga satu-satunya yang kamu miliki, akhirnya kehilangan ambisi yang seharusnya ia miliki. Hanya karena kamu membatasinya."
"Aku tidak pernah membatasinya."
"Kamu membatasi ambisi rakyatmu."
"Miko."
"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan menggunakan [Name] lagi sebagai alasan. Aku hanya penasaran, kehilangan macam apa lagi yang akan terjadi kedepannya."
Ei menatap tajam Yae Miko, semakin lama mulutnya itu harus disumpal menggunakan tahu goreng. [Name] dan Aether saling berpandangan, sedikit banyak tidak mengerti dengan perbincangan dua sahabat lama ini.
Yang mereka tahu, Yae Miko sedang menceramahi Ei, selain tentang Inazuma, juga untuk Ei itu sendiri. Wanita kuil itu jelas sangat peduli dengan Ei.
"[Name], katakan sesuatu."
[Name] berkedip, Yae Miko terlihat meminta bantuan kecil meski rencananya sudah berjalan amat sangat lancar. Ei menatapnya intens, siap mendengarkan dengan saksama. Beberapa detik terdiam, akhirnya [Name] mengeluarkan suara.
"Ei, sudah cukup."
Ei tertegun mendengar nada yang keluar dari mulut [Name]. Sejujurnya, Yae Miko dan Aether juga terbelalak mendengarnya. Tetes air mata lolos dari kelopak mata [Name], nampak semua kelelahan dan masalah yang ia hadapi untuk Inazuma tumpah dalam satu tetes air mata tersebut.
"Aku tidak suka melihat sesama rakyat Inazuma berperang. Aku tidak mau mengurus buronan-buronan yang bahkan tidak punya salah. Aku tidak ingin melihat seorang kehilangan arah karena ambisi hidupnya menghilang."
Yae Miko tidak akan menyangka [Name] akan meluapkan emosinya di sini. Sama seperti Ei, ia mendekati [Name] yang menangis seperti anak kecil.
Ei memeluknya erat, Yae Miko mengelus pundaknya lembut. Aether seperti menjadi NPC di sini. Masa iya dia mau ikut peluk-pelukan emosional ini?
"Maafkan aku, [Name]."
"Astaga, aku pikir yang bertingkah seperti anak kecil itu Ei, ternyata kalian berdua sama saja."
"Miko, tutup mulutmu."
"Iya iya, maaf."
───────────────────
#15 ; Sisi Lain dari Cahaya Inazuma, —deleted scene.
───────────────────"Kamu terlalu menyederhanakan semuanya." Ei berbalik, berhenti menatap Yae Miko yang paling-paling sebentar lagi akan memainkan peran sempurnanya.
"Bagaimana jika ambisi [Name] yang menghilang?"
"Miko, emang aku ada di naskah?"
"Shhh, [Name], Ei bakal lengah kalau aku bawa-bawa kamu. Ikuti saja. Nanti aku kasih kamu hadiah spesial, dijamin kamu akan suka."
"..."
───────────────────
#15 ; Sisi Lain dari Cahaya Inazuma, end.
───────────────────wdie next chapter kita tamatin kisah izumi yang ngegantung kemaren-kemaren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lightning's Glow || Genshin Impact ft.Reader ✓
FanfictionLahir dari sisa kekuatan Raiden Makoto dan bantuan kecil dari Dewa Waktu, Istaroth, [Name] ditemukan saat bayi oleh Yae Guuji yang membawanya kepada Raiden Ei. Tumbuh dan berkembang di dalam Plane of Euthymia membuat [Name] memiliki rasa penasaran...