~Bagian Sepuluh

25.6K 1.6K 129
                                    

Di ruangan yang bernuansa warna putih, Umi, Gus Agam, Ustadz Zidan serta kedua orang tua Aisyah berkumpul dengan wajah yang tegang dan panik. Di balik ruangan yang tertutup rapat itu ada Aisyah yang sedang di tangani dokter.

Elena terus memeluk Aditia, ia takut akan terjadi sesuatu dengan putrinya. Kejadian ini mengingatkan pada kejadian enam belas tahun yang lalu. Tidak berselang lama pintu ruang rawat terbuka, memperlihatkan seorang dokter wanita yang sekitar berumur tiga puluh lima tahunan menghampiri kedua orang tua Aisyah. Dan Aditia yang menyadarinya langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan putri saja" Tanya Aditia dengan wajah yang panik, sedangkan dokter itu hanya tersenyum.

"Anak bapak ibu baik-baik saja, hanya saja psikisnya sedikit terganggu. Apakah anak bapak ibu mempunyai trauma di masa kecil?" Kedua orang tua Aisyah mengangguk, "Bapak ibu tidak perlu khawatir, mungkin trauma itu tidak akan bisa sepenuhnya hilang tapi perlahan-lahan anak bapak ibu akan berdamai dengan masa lalu. Lain kali, kalau bisa jangan sampai membuatnya kembali mengingat trauma di masa lalunya. Jika itu terus-terusan terjadi maka kita harus bersiap jika hal buruk akan terjadi" Jelas dokter, membuat kaki Elena terasa lemas dan dengan sigap Aditia merangkul pundak istrinya agar tidak terjatuh.

"Kalian sudah bisa masuk, dan sebentar lagi dia akan siuman" Lanjutnya, membuat Aditia dan Elena mengangguk bersama. Setelah kepergian sang dokter, mereka masuk kedalam kamar rawat Aisyah, disana ada tubuh Aisyah yang tidak berdaya dengan kedua mata gadis itu yang masih tertutup rapat.

Elena menghampiri Aisyah, mengelus kepala gadis itu pelan. Meski ia sering sekali memarahi gadis itu, namun tidak bisa dijelaskan lagi betapa sayangnya ia kepada gadis nakalnya itu.

"Kenapa sampai bisa begini?" Tanya Mama tanpa mengalihkan pandangannya dari Aisyah.

"Aisyah kehilangan bonekanya" Mama langsung menoleh kearah laki-laki yang berdiri tidak jauh tari tempat Aisyah berbaring ,"Bagaimana bisa, bahkan tidak ada yang ia perbolehkan menyentuh boneka itu walaupun itu kedua orang tuanya sendiri. Apakah kamu tidak becus menjaganya?!" Murka Mama, Aditia yang melihat istrinya emosi langsung menenangkannya ia takut akan lepas kendali di sini dan juga akan menganggu istirahat Aisyah.

"Kak Azzam.." Suara lirih-an itu mengalihkan fokus mereka, semua langsung menoleh kearah Aisyah yang terus menggumamkan nama seseorang. Mama yang mendengarnya tiba-tiba air matanya terjatuh.

Tidak berselang lama, kedua mata Aisyah terbuka ia menatap kearah sang Mama yang menggenggam tangannya erat. Setelah menoleh ke sang Mama ia berganti mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan pandangannya sempat tertuju kepada seorang laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya.

"Aisyah, sayang kamu sudah bangun. Ada yang sakit, kalau ada yang sakit bilang ke Mama?" Pertanyaan bertubi-tubi dari sang Mama membuat Aisyah tersenyum, "Ais gak papa Ma"

Aisyah terdiam sebentar, sampai tiba-tiba gadis itu kembali menangis, "Kak Azzam marah Ma, karena Ais hilangin bonekanya hiks" Sang Mama langsung memeluk tubuh Aisyah, ia terus menenangkan gadis itu yang terus meracau tidak jelas.

Semua orang keluar kecuali Umi dan Mama, mereka menemani Aisyah yang masih terus menangis. Sedangkan di luar Aditia terus bertanya bagaimana bisa ini semua terjadi. Agam dan Ustadz Zidan menjelaskan semuanya kepada Aditia, dan setelah mendengar penjelasan itu Aditia hanya menghela nafas kasar.

"Apakah tidak sebaiknya kita percepat, saya takut Aisyah semakin mendapat kebencian dari seluruh santri"

"Saya akan berusaha untuk mempercepatnya Om"

****

Aisyah sudah di perbolehkan pulang, sang Mama menyuruh Aisyah untuk sementara tinggal di rumah sampai keadaan gadis itu benar-benar membaik namun Aisyah menolaknya ia lebih memilih tetap tinggal di pesantren. Entahlah, sekarang rasanya Aisyah mulai merasa nyaman tinggal di pesantren. Meski sang Mama tidak begitu yakin, akhirnya menyetujui permintaan putrinya.

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang