~Bagian Duapuluh

27.9K 1.6K 124
                                    

"Mau berangkat sekarang?"

"Iyaa, Mama beneran gak papa Ais tinggal?" Sebenarnya Aisyah ragu untuk meninggalkannya sendiri, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Udah kelima kamu tanya ya, Mama gak papa. Nanti kalau Mama kangen kamu, boleh kan sesekali nginap di rumah kamu?" Ucap Mama terkekeh ringan.

"Tentu boleh dong, rumah Ais selalu terbuka lebar untuk Mama"

Mama tertawa, membawa Aisyah kedalam pelukannya, "Baik-baik ya sama Agam, jangan berantem mulu. Berbakti kalau sama suami jangan ngelawan, jadi istri yang baik ya" Nasihat Mama yang di angguki mengerti oleh Aisyah.

"Ingat, buang sifat malas kamu. Bangun harus pagi, gak boleh kesiangan nanti suami kamu mau kamu kasih makan apa, dan ingat ucapan Mama kemarin" Ucap Mama lagi membuat bulu kuduk Aisyah berdiri, kenapa Mamanya harus membahas hal kemarin.

Kemarin sebelum Agam pulang, Aisyah sempat berbicara dengan Mama berdua dan wanita paruh baya itu mengatakan beberapa hal tentang berhubungan dengan suaminya. Sungguh, mengingatnya membuat bulu kuduknya berdiri.

Kedua pipi Aisyah bersemu, membuat Mama terkekeh mengelus kepala putrinya dengan sayang. Ah, anaknya itu sudah tumbuh dewasa dan sekarang sudah menjadi seorang istri. Ia berharap jika rumah tangga anaknya selalu di ridhoi, dan bahagia, masalah perdebatan kecil atau cekcok itu sudah menjadi hal wajar di dalam rumah tangga tapi ia sangat berharap jika di antara mereka dapat menyikapinya dengan kepala dingin dan tidak memperbesar masalah.

Mama berganti menatap menantunya, tersenyum teduh ke arah laki-laki itu, "Mama titip Aisyah ya, mungkin dia nanti bakal ngerepotin kamu. Sabar-sabar ya menghadapi tingkah Aisyah" Ucap Mama membuat Aisyah mendelik.

"Inya Allah Ma" Jawab Agam, "Jadi kepala keluarga yang bertanggung jawab, tegas tidak kasar. Dan ingat, jika kamu berbuat kasar dengan Aisyah sekali saja atau sampai bermain tangan, maka Mama tidak akan segan-segan membawa Aisyah pulang"

"Insya Allah, Agam akan menjalankan amanah Mama dan berusaha untuk tidak mengecewakan Mama" Ucap Agam membuat Mama tersenyum.

"Sudah sana segera berangkat, nanti keburu sore" Ucap Mama, di angguki Aisyah dan Agam. Aisyah memeluk sang Mama erat, "Doain Ais ya Ma"

"Tentu, tentu akan Mama doakan yang terbaik untuk rumah tangga kamu sayang" Mama mengurai pelukannya, mengecup kepala Aisyah.

"Mama titip Ais ya Gam.."

"Agam akan menjaga Aisyah sebisa Agam, Insya Allah" Agam menyalami tangan Mama dan setelah itu membawa kopernya dan Aisyah memasukkan kedalam mobil. Sedangkan Aisyah kembali memeluk Aisyah kembali memeluk Mamanya.

"Ais berangkat ya Ma" Mama mengangguk, setelah ini rumah akan terasa sepi dan ia akan tinggal sendirian sekarang, "Iya, hati-hati ya sayang"

Aisyah merasa berat untuk berpisah dengan Mama apalagi akan meninggalkan wanita itu seorang diri di rumah, dengan langkah yang berat Aisyah masuk kedalam mobil yang di dalamnya sudah ada Agam yang menunggu.

"Jika berat jangan di paksa" Ucap Agam setelah Aisyah sudah masuk kedalam mobil.

Gadis itu tersenyum untuk meyakinkan suaminya, "Gue gak papa kok, keputusan gue udah bulat ingin memulai membangun rumah tangga kita dari sekarang"

Agam terkekeh ringan dengan tangan yang mengelus kepala Aisyah, setelah itu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah Aisyah yang berdiri megah dengan Mama yang masih berdiri di teras rumah.

Aisyah melambaikan tangannya dengan terus menatap sang Mama sampai wanita itu sudah tidak terlihat lagi barulah ia menutup jendela mobilnya. Ia sedih sungguh.

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang