~Bagian Delapan Belas

25.6K 1.6K 111
                                    

Aisyah menghembuskan nafasnya dalam-dalam, sebentar lagi semuanya akan berubah. Menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin, apakah semua ini bukan mimpi?. Sebentar lagi...sebentar lagi statusnya akan berubah. Aisyah meremas tangannya yang mengeluarkan keringat dingin. Kali ini ia gugup, jauh lebih gugup dari sebelumnya.

"Tidak apa-apa mbak, tidak perlu gugup. Semuanya akan berjalan lancar" Ucap perias yang sedang merias wajah Aisyah.

Aisyah hanya membalasnya dengan tersenyum dari pantulan cermin, "Nah sudah siap, masyaallah mbak terlihat sangat cantik" Ucap perias merasa kagum dengan kecantikan Aisyah.

Gadis itu sama, ia bahkan tidak percaya jika itu adalah dirinya, kenapa sangat berbeda sekali dengan biasanya. Saat ini jauh lebih cantik. Ya tetap saja, walau tidak memakai riasan wajahnya tetap cantik tapi kali ini jauh lebih cantik dari biasanya.

"Itu beneran saya?" Sang perias hanya terkekeh dan mengangguk, setelah itu pamit untuk keluar.

Aisyah terlalu mengagumi dirinya sampai tidak menyadari keberadaan sang Mama yang sudah berada di dalam kamar, "Masyaallah cantiknya anak Mama"

Aisyah menoleh, menatap sang Mama yang berjalan ke arahnya dengan tersenyum haru melihat penampilan Aisyah yang sangat cantik. Mama menggenggam tangan Aisyah yang mulai dingin dan gemetar. Rasa gugup menyelinap ke hatinya.

"Bismillah sayang, semuanya akan berjalan lancar" Sang Mama membisikkan kalimat yang membuatnya merasa cukup tenang. Aisyah memeluk tubuh Mama, sang rahim kehidupan yang menemaninya selama dua puluh tahun ini.

"Persiapkan dirimu sayang, dalam waktu lima belas menit lagi kamu akan sah menjadi istri Agam" Ucap Mama mengurai pelukan Aisyah, dan mengusap air mata yang terjatuh dari pelupuk mata gadis itu dengan pelan agar tidak merusak riasan wajahnya, "Jangan menangis" Ucap Mama mengatakannya kepada Aisyah, namun ia sendiri juga menangis.

"Ih, Mama juga jangan nangis dong" Rengek Aisyah dengan juga menyeka air mata sang Mama.

Mama hanya mampu tersenyum, "Mama gak nangis cuma terharu, karena putri kecil Mama yang nakal ini sebentar lagi akan menjadi seorang istri"

"Sudah, akad akan di mulai. Karena sebelum akad kamu tidak boleh keluar maka kamu menyaksikan ijab-kabulnya di sini ya. Nanti kalau sudah. Mama jemput" Aisyah mengangguk.

Setelah Mama keluar, Aisyah menatap ke arah laptop yang menampilkan suasana tempat akad, Aisyah tersenyum simpul, melihat Agam yang duduk dengan tegas di hadapan Aditia. Jantung Aisyah semakin berdetak dengan cepat setelah melihat laki-laki itu yang mulai menjabat tangan Papanya.

"Kenapa jadi gue yang lebih tegang sih, padahal yang mau ngucapin ijab kabul dia" Gerutu Aisyah karena melihat Agam yang terlihat tenang dan seperti tidak ada rasa gugup di hati laki-laki itu.

"Agam, kamu siap?" Tanya Aditia dengan tangan yang menjabat tangan Agam, dengan penuh keyakinan dan tanpa keraguan Agam mengangguk, "Insya Allah, siap"

Aditia menghembuskan nafasnya pelan, sebelum.

"Bismillahirrahmanirrahim....Ankahtuka wa Zawwajtuka Mahtubataka Aisyah Almaira Azikry binti Aditia Azikry alal mahril  50 jiram dhahab min adawat alsalat, hallan."

"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq"

Dengan satu tarikan nafas Gus Agam berhasil mengucapkan akad, suaranya terdengar begitu lantang tanpa adanya keraguan sedikitpun.

"Sah.."

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang