~ Bagian Duapuluh Enam

22.7K 1.3K 73
                                    

"Assalamualaikum Agam, kamu dimana sekarang? Aisyah pingsan, kamu segera pulang ya" Ucap Umi dengan panik saat panggilan itu terhubung.

"Waalaikumsalam, astaghfirullah. Baik Umi Agam pulang sekarang. Assalamualaikum" Sambungan itu langsung terputus.

Umi langsung meletakkan ponselnya di atas meja, ia bergegas menuju kamar Aisyah di dalam sana sudah ada Zidan dan dokter yang memeriksa keadaan Aisyah.

"Gimana Aisyah?" Tanya wanita paruh baya itu kepada Zidan, dapat terlihat dengan jelas raut khawatir di wajah yang mulai menua itu.

"Aisyah masih di tangani, Umi tenang saja ya Aisyah akan baik-baik saja" Zidan mengelus lengan Umi guna menenangkan wanita itu, meski sebenarnya ia tidak jauh berbeda khawatirnya kepada Aisyah.

Aisyah masih terbaring di atas tempat tidurnya, matanya juga masih tertutup rapat, tidak ada tanda-tanda untuk membuka mata untuk sekarang.

"Assalamualaikum, gimana keadaan Aisyah??" Ucap Agam tiba-tiba, ia langsung menghampiri Aisyah dan menggenggam tangan itu.

"Kenapa bisa begini?" Tanya Agam lagi, dengan matanya yang masih fokus menatap wajah Aisyah.

Dokter yang baru selesai memeriksa keadaan Aisyah hanya mampu tersenyum, ia paham betul dengan ke khawatir laki-laki itu.

"Kalian tidak perlu khawatir, ibu Aisyah tidak apa-apa. Kejadian ini wajah bagi seseorang yang sedang mengandung." Ucap dokter muda itu, membuat ketiga orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah dokter itu bertanya.

"Maksudnya?" Agam masih belum bisa mencerna dengan baik ucapan dokter tadi.

Lagi-lagi dokter itu hanya mampu tersenyum, "Ibu Aisyah sedang mengandung, dan usia kandungannya sudah memasuki tiga minggu."

"Alhamdulillah Ya Allah" Disamping tempat tidur, Agam langsung bersujud syukur. Penantiannya selama ini akhirnya terbayarkan.

Senyum lebar terbit di wajah ketiga orang itu, terlebih Agam yang langsung mencium kening Aisyah lama setelah laki-laki itu bangun dari sujudnya, terus mengucapkan terimakasih kepada gadis itu meski tidak di dengar oleh Aisyah. Gadis itu masih memejamkan matanya.

"Kandungannya masih muda dan rentan keguguran. Saya harap ibu Aisyah tidak boleh terlalu kelelahan dan mengangkat yang berat-berat terlebih dahulu, dan juga jangan biarkan ibu Aisyah terlalu banyak pikiran nanti bisa mengganggu janinnya. Saya sarankan untuk bapak membawa ibu Aisyah ke rumah sakit, agar lebih jelas mengenai keadaan janinnya" Saran dokter muda itu membuat Agam mengangguk.

"Terimakasih dok, dan...kenapa istri saya juga belum bangun?" Tanya Agam masih khawatir, sebab istrinya itu masih memejamkan matanya.

"Bapak tidak perlu khawatir, tidak lama lagi dia akan bangun. Sepertinya hari ini istri bapak terlalu banyak pikiran yang membuatnya sedikit drop, untuk lain kali jangan biarkan istri bapak berpikir keras, saya takut jika nanti akan berdampak kepada janinnya" Ucap dokter itu lagi, membuat Agam mengangguk mengiyakan.

"Kalau begitu saya permisi Assalamualaikum" Dokter muda itu berjalan keluar yang di antar oleh Zidan.

Sedangkan Umi masih berada di dalam sana, ia tersenyum lebar. Sebentar lagi akan mendapatkan cucu lagi.

"Selamat ya nak, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah" Umi menghampiri Agam dan langsung memeluk tubuh putra bungsunya itu dengan erat, akhirnya penantian dan doa-doa Agam selama ini terkabul.

Agam memeluk tubuh Uminya erat, "Terimakasih Umi, Agam masih belum percaya jika sebentar lagi Agam akan menjadi seorang ayah"

Umi melepas pelukan pada putranya, menangkup wajah Agam. Putra bungsunya sudah besar ternyata dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang