"Mas, buruan nanti keburu kesiangan!" Teriak Aisyah dari luar rumah, sebab suaminya itu lama sekali berada di dalam rumah.
"Iya, sayang iya sebentar" Agam sudah rapi dengan hoodie berwarna hitam dengan celana jeans yang melekat di tubuhnya, ia segera mengambil kunci montor yang ada di atas nakas dan segera keluar karena istrinya itu sudah berteriak-teriak meminta cepat.
"Lama ba--" Kalimat Aisyah terpotong sebab ia terpana dengan penampilan Agam, kenapa suaminya itu terlihat berbeda dari biasannya. Ini baru pertama kalinya ia melihat Agam memakai hoodie dan celana jeans, ketampanannya bertambah kali lipat.
Agam terkekeh melihat istrinya yang justru menatap ke arahnya tanpa berkedip, "Saya tau saya tampan, tidak perlu menatapnya seperti itu." Agam mencubit hidung Aisyah, membuat gadis itu mendengus.
"Udah buruan nanti keburu siang!" Agam menurut setelah mengunci pintu rumah ia segera menaiki motornya yang sudah terparkir di halaman rumah, dan tanpa menunggu lagi Aisyah langsung naik di belakangnya.
"Eh, duduknya tidak menyamping?"
Aisyah memiringkan kepalanya menatap Agam dari samping, "Kenapa emang?"
"Kamu memakai gamis sayang" Aisyah memutar bola matanya malas, "Gak ah, ribet. Lagian aku juga pakek celana panjang juga. Udah buruan nanti pasarnya keburu tutup" Agam hanya pasrah dan menjalankan motornya menuju pasar.
Tanpa rasa malu Aisyah langsung memeluk Agam dari belakang, bodo amat jika sekarang ia masih berada di lingkungan pesantren. Biar sekalian semua orang tau jika Gus Agam sudah menjadi hak miliknya.
Saat melewati gerombolan santriwati yang berjalan ke masjid, dan diantara gerombolan itu ada Zahra, dan Aisyah langsung melambaikan tangannya heboh dengan satu tangan masih bertengger di pinggang Agam.
"Zahra!" Teriak Aisyah membuat gerombolan santriwati dan Zahra menoleh, Zahra hanya menggeleng heran dan membalas lambaian tangan Aisyah tidak lupa dengan senyum yang terbit di bibirnya.
Agam dibuat gemas dengan tingkah istrinya, sangat berbeda dengan yang lain.
Tepat di gerbang pesantren, Aisyah melihat ada kakaknya disana dengan para santri yang menjaga gerbang pesantren. Senyum Aisyah merekah, beberapa hari ini ia tidak pernah bertemu dengan Zidan, sebab laki-laki itu yang sibuk mengurus pendaftaran di pesantren yang mulai di buka.
"Kak Zidan, baybay!" Teriak Aisyah saat montor yang ditumpanginya bersama sang suami melewati sang kakak dan gerombolan para santri, sama dengan yang ia lakukan saat melewati Zahra dan yang lainnya Aisyah melambaikan tangannya heboh.
Zidan yang tadinya fokus berbicara dengan para santri menoleh, menatap Aisyah tidak percaya dengan sikap gadis itu yang semakin menjadi-jadi padahal gadis itu sudah menikah tetapi tetap saja sifatnya masih seperti anak kecil.
"Mau kemana?!" Teriak Zidan karena montor yang di kendarai Agam sudah mulai menjauh.
"Pasar!!" Balas Aisyah dengan berteriak sebelum montor itu menghilang dari pandangan Zidan. Laki-laki itu tersenyum, adiknya itu terlihat sangat bahagia sekarang. Aisyah bahagia, ia jauh lebih bahagia. Aisyah berada di tangan yang tepat, sekarang ia tidak perlu khawatir lagi jika ingin memantapkan keinginannya untuk menikah.
"Mas, tau gak ini pertama kalinya aku di bonceng pakek motor" Seru Aisyah dengan sedikit berteriak agar Agam dapat mendengarnya.
Agam samar-samar mendengar, ia hanya terkekeh, "Bagus dong, berarti saya adalah laki-laki pertama yang membonceng kamu naik motor" Jawab Agam dengan sedikit berteriak juga.
Aisyah mendengus, "Mas, nanti setelah dari pasar jalan-jalan dulu yuk"
"Iyaa, tapi sebentar saja ya. Soalnya nanti jam setengah sembilan saya mengajar" Aisyah mengangguk, ia memeluk erat pinggang Agam dan menyenderkan kepalanya di punggung laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus