Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, entah kenapa dengan Aisyah, tumben sekali gadis itu merasa susah tidur. Aisyah memutuskan untuk membalik badannya, dan langsung berhadapan dengan wajah suaminya yang sedang tertidur pulas. Kedua tangan Aisyah mulai meraba-raba wajah Agam, ia terkekeh karena merasa geli saat ia menyentuh kumis tipis di wajah Agam.
"Ganteng banget sih suami orang" kekeh Aisyah pelan dengan mencubit hidung Agam pelan, gadis itu terus melakukannya sampai tiga kali. Setelah puas dengan hidung suaminya, ia berganti ke arah alis Agam yang tebal itu. Gadis itu benar-benar membuat wajah suaminya seperti mainan.
Aisyah masih terus melakukannya dengan sesekali terkekeh, sampai sebuah tangan melingkar di pinggang Aisyah dan menariknya semakin mendekat ke arah tubuh laki-laki itu.
Aisyah yang tidak siap otomatis langsung menubruk tubuh Agam sampai wajahnya menubruk dada bidang laki-laki itu.
"Tidur Ais...." Ucap Agam dengan suara khas orang bangun tidur, Aisyah ingin mendongak tetapi di tahan oleh lelaki itu, membuat Aisyah tidak bisa mendongak menatap wajah suaminya itu.
"Gak bisa tidur tau!" ucap Aisyah dengan suaranya yang terendam.
Agam terkekeh, memegang ubun-ubun Aisyah dan meniupnya pelan, "Bismillah, baca doa dulu baru tidur"
Aisyah mendengus lalu mengangguk kecil di dalam pelukan Agam, mengeratkan pelukannya pada tubuh sang suami dan tidak lama Aisyah mulai memasuki alam mimpinya.
Laki-laki itu hanya terkekeh melihat tingkah istrinya, sebenarnya ia sudah bangun saat gadis itu membalikkan tubuh dan menghadap ke arahnya, namun ia tetap memilih untuk pura-pura tidur menunggu apa yang akan gadis kecil itu lakukan.
Satu kecupan mendarat di kening Aisyah, dan setelah itu Agam kembali memejamkan matanya ikut masuki alam mimpi bersama istrinya.
Matahari dengan malu-malu mulai memperlihatkan dirinya, pagi ini Aisyah ingin berjalan-jalan di sekitar pesantren. Suaminya itu juga belum pulang dari masjid sejak subuh tadi, jadi ia memiliki waktu untuk berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum Agam pulang.
Beberapa santri menyapanya dengan panggilan Ning, terasa sangat canggung di telinganya. Aneh namun ini benar terjadi, seakan dunia berbalik dulu yang ia sangat di benci dan sekarang dalan sekejap mereka semua menjadi menghormatinya.
Tidak semua memang, namun jauh lebih baik dari sebelumnya.
Baru saja membatin di dalam hati, Aisyah sudah mendengar sesuatu yang tidak mengenakkan di telinga.
"Sampai sekarang gue bener-bener gak nyangka sih Gus Agam nikah sama Aisyah, kok mau sih udah tau Aisyah kaya preman, sifatnya bener-bener gak mencerminkan seorang istri Gus"
"Bener banget, mau penampilannya kaya apa tetep aja kaya preman"
"Mana ada istri Gus ngomongnya kasar banget, gak cocok banget sama Gus Agam. Mending juga sama Ustadzah Sifa atau Aily, yang jauh lebih cocok bersanding sama Gus Agam."
Aisyah yang mendengar semuanya naik pitam, kedua tangannya terkepal kuat. Dadanya naik turun menahan marah.
Dua santriwati yang membicarakan Aisyah itu langsung saling tatap dengan panik saat melihat Aisyah berjalan ke arahnya dengan marah.
Srek..
Tanpa banyak bicara Aisyah langsung menjambak hijab salah satu santri yang membicarakannya. Gadis itu menghunuskan tatapan tajam ke arah dua santriwati itu.
"LO TADI NGOMONG APA?, COBA ULANGI?!!" Bentak Aisyah dengan marah.
"Ti-tidak Ning, kami mohon maaf.." Ucap salah satu santri dengan menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus