Pukul satu dini hari tidur Agam terusik, karena tiba-tiba ponselnya berdering. Laki-laki itu meraih ponselnya, segera mengangkat panggilan tersebut karena takut mengganggu tidur istrinya.
Dahinya mengerut kala melihat siapa yang sudah menelponnya dini hari.
"Assalamualaikum, ibu?"
"Waalaikumsalam nak Agam, hiks."
Mendengar suara tangis orang tersebut, kantuk Agam seketika hilang dan di gantikan dengan rasa khawatir.
"Ibu kenapa? apakah ibu baik-baik saja??"
"Ibu baik nak, tapi Sifa...hiks Sifa masuk rumah sakit."
"Astaghfirullah, bagaimana bisa?"
"Sifa kecelakaan saat perjalanan pulang, dan sekarang dia di rumah sakit sekarang. Nak Agam bisa kesini nak? Ibu takut..."
Agam terdiam, menoleh untuk melihat istrinya yang terlihat sangat pulas dalam tidurnya.
"Ibu maaf, Agam tidak bisa jika sekarang. Agam tidak bisa meninggalkan istri Agam sendirian di rumah apalagi dalam keadaan Aisyah yang tengah mengandung, Ibu berdoa semoga Sifa baik-baik aja. Besok, insyaallah Agam akan ke sana."
Seseorang yang di panggil ibu oleh Agam tersebut, terdengar menghela nafas berat.
"Ya sudah tidak apa nak, minta doanya untuk Sifa ya?"
"Pasti Ibu."
"Kalau begitu Ibu tutup ya, Assalamualaikum."
Setelah panggilan tersebut terputus, Agam menatap istrinya dalam kemudian beralih menatap perut Aisyah yang mulai membuncit. Hembusan nafas pelan terdengar. Kemudian laki-laki itu bergerak mendekat ke arah perut Aisyah memberikan kecupan singkat di sana, kemudian beralih mencium kening Aisyah. Sebelum kembali menyusul istirnya yang sudah berada di alam mimpi.
Selain berdoa untuk kesembuhan Sifa, Agam juga tidak lupa berdoa untuk keluarganya. Semoga rumah tangganya selalu di lindungi dan di jauhkan dari segara masalah yang menghampiri yang nantinya akan menghancurkan rumah tangganya dengan Aisyah.
****
Zidan yang sedang fokus mengurus beberapa formulir untuk para santri baru terkejut kala Aisyah tiba-tiba masuk kedalam ruangannya dengan membanting pintu. Laki-laki tersebut menatap Aisyah bingung, sebab meski sifat perempuan itu terlihat bar-bar namun tidak pernah Aisyah bersikap seperti sekarang ini.
"Salam dulu Ais, kenapa hmm?"
Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut sang adik. Namun baru dua langkah ucapan perempuan itu membuat Zidan merasa bingung, dan juga cara bicara Aisyah yang berubah.
"Gue butuh penjelasan?!"
Kerutan di dahi Zidan terlihat, mencoba mengingat kesalahannya kepada perempuan itu namun ia tidak ingat apapun. Terakhir kali ia bertemu dengan Aisyah, saat gadis itu mencari Agam dan di pikir-pikir saat itu mereka baik-baik saja.
"Penjelasan apa?"
Aisyah berdecak, "Ck, gak usah sok gak ngerti. Gue tau, dan gue butuh penjelasan dari lo!"
Zidan mulai tidak suka dengan bahasa perempuan itu.
"Iya, tapi bisa ganti bahasa kamu?"
"Gue butuh penjelasan lo, bukan komentar cara bahasa gue??"
Laki-laki itu memejamkan matanya, menahan gejolak emosi yang mulai menyulutnya.
"Iya, tapi penjelasan apa? Kakak gak ngerti maksud kamu?" Zidan berusaha untuk menekan sabarnya, sebab di depannya saat ini adalah adiknya terlebih tengah mengandung, perempuan itu sangat sensitif. Meski sebenarnya emosi sudah mulai mempengaruhi tubuh Zidan. Beberapa masalah, akhir-akhir ini terus mendatanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus