~ Bagian Tigapuluh satu [ End ]

29.3K 989 34
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tanpa terasa kini usia kandungan Aisyah sudah memasuki bulan ke sembilan, sebentar lagi buah hatinya akan hadir di tengah-tengah keluarga kecilnya.

Aktifitas Aisyah semakin berkurang, bahan sudah hampir dua minggu ini Agam yang selalu membersihkan rumah karena pergerakannya yang semakin terbatas sebab kehamilannya, Aisyah mudah kelelahan, kedua kakinya membengkak bahkan saat berdiri selama lima menit ia merasakan sakit di kakinya.

Pandangan perempuan itu tertuju ke arah cermin besar di depannya, memperlihatkan pantulan tubuhnya yang hamil besar, tubuh ideal Aisyah sudah hilang digantikan tubuh berisinya.

"Mas.."

Agam yang duduk di sofa menoleh ke arah sang istri, "Iya, kenapa sayang?"

"Aku jelek banget ya sekarang, aku jadi gendut. Kamu malu gak punya istri jelek kaya aku gini? kamu masih sayang sama aku gak?" pertanyaan itu terlontar dari mulut mungil Aisyah.

Mendengarnya, Agam tersenyum, menghampiri Aisyah yang masih berdiri di depan cermin kemudian menggandengnya menuju sofa. Agam duduk terlebih dahulu, kemudian menarik Aisyah agar duduk di atas pangkuannya. Aisyah tersentak karena kaget, ia ingin bangkit namun di tahan oleh Agam.

"Berat mas"

"Tidak apa, kapan lagi saya bisa memangku istri serta anak saya secara bersamaan" ujar Agam membuat pipi Aisyah bersemu.

Satu tangan Agam ia letakkan di pinggang Aisyah untuk menahan tubuh perempuan itu agar tidak terjatuh, sedangkan satu tangan lainnya ia gunakan untuk mengelus pipi berisi Aisyah.

"Siapa bilang kamu jelek? kamu itu selalu cantik, bagaimana dan seperti apa tubuh kamu sekarang, dimata saya kamu itu cantik luar biasa, kamu itu cantiknya saya. Mau kamu gendut atau kurus bagi saya kamu tetaplah yang paling cantik dari semua perempuan di luar sana. Dan saya tidak pernah merasa malu memiliki istri sepertimu, saya selalu bangga karena memiliki istri yang hebat dan cantik sepertimu. Kamu lah pemenangnya. Dan kamu seperti ini karena di sini..." Agam mengelus perut Aisyah yang sudah membesar.

"--Disini ada cinta kita, ada nyawa lain di dalam perut kamu. Ada seorang jagoan yang akan menjaga dan melindungi Bundanya ketika sudah besar nanti, ada seorang jagoan yang akan menjadikan Bundanya cinta pertamanya. Kelak jika ia sudah besar nanti, akan saya ceritakan bagaimana perjuangan Bundanya mengandungnya selama sembilan bulan, akan saya ceritakan bagaimana hebatnya Bundanya ini. Dan akan saya ceritakan secantik apa Bundanya ini."

Agam mengecup pipi Aisyah sekilas, kemudian mengelusnya dengan lembut. Aisyah yang diperlakukan selembut itu merasa hatinya menghangat, ia memejamkan matanya untuk merasakan usapan lembut di pipinya.

"Terakhir, siapa bilang saya sudah tidak cinta dan sayang lagi sama kamu? saya selalu cinta, di setiap hatinya cinta saya selalu bertambah dan terus bertambah tidak akan pernah berkurang. Mau kamu seperti apa cinta saya terus bertambah untukmu Aisyah. Kamu satu-satunya perempuan yang sangat saya cintai setelah Umi. Terlebih sekarang kamu rela kesusahan untuk mengandung anak saya, bagaimana mungkin saya tidak semakin cinta denganmu? jika ada yang mengatakannya itu semua bohong, karena saya akan selalu mencintaimu, bahkan jika jiwa saya tidak berada di raga, saya tetap mencintaimu."

"Kamu itu cantiknya saya dan cintanya saya."

Pipi Aisyah semakin bersemu, ia memeluk Agam dengan begitu erat menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher sang suami. Agam tersenyum dengan mengelus kepala Aisyah pelan.

****

Matahari telah digantikan kehadirannya oleh bulan, pukul setengah delapan tadi Aisyah mengeluh sakit di area perutnya. Agam terus siap siaga selalu berada di samping sang istri takut jika hal buruk terjadi kepada perempuan itu, ia meninggalkan acara majelis setelah mendapat kabar jika istrinya merasakan sakit di perutnya.

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang