~Bagian Enam

25.4K 1.5K 46
                                    

"Aisyah ayo bagun, sekarang kamu jadi santri Ndalem kamu gak bisa malas-malasan lagi." Seruan itu membuat Aisyah terusik dalam tidurnya, sebab ia baru bisa tertidur dini hari bahkan ia baru tidur beberapa menit sudah harus bangun lagi karena sholat subuh. Hana terus menggoyangkan tubuh Aisyah agar gadis itu segera bangun dari tidurnya.

Aisyah berdecak, "Ayo buruan bangun, cuci muka kamu dan segera pergi ke Ndalem"

"Iya, lima menit lagi." Gumam Aisyah, mencari posisi yang lebih nyaman dan kembali memejamkan matanya.

"Gak ada lima menit, ayo buruan."Hana menarik lengan Aisyah paksa, membuat gadis itu mau tidak mau harus terbangun dari tidurnya.

Dengan muka bantalnya dan metanya yang belum sepenuhnya terbuka ia pasrah kemana Hana akan membawanya, saat rasa dingin menyapa permukaan kulit wajahnya kedua mata Aisyah terbuka sepenuhnya, ia menatap Hana tajam saat anak itu mengusapkan tangan gadis itu yang basah ke wajahnya.

"Lo apa-apaan sih!" Hana tersenyum tanpa dosa, membuat Aisyah ingin sekali menonjok wajah gadis itu.

"Biar kamu bangun, habisnya kamu susah di bangunin sih" Tiba-tiba Hana menghidupkan keran, otomatis membuat air itu keluar dan langsung mengenai kaki Aisyah.

"Eh Anjing!" Umpat Aisyah, karena pakaian yang ia kenakan bagian wajah basah karena terkena air keran. Saat ini ia benar-benar ingin menonjok kepala Hana sebelum suara santri dari luar kamar mandi memanggilnya.

"Aisyah, kamu di dalam?"

Gadis itu berdecak, "Apa!" Ketus Aisyah membuat santri itu menundukkan kepalanya merasa takut, "Ka-kamu di panggil di suruh ke Ndalem"

Aisyahs semakin berdecak kuat, ia berlalu dari sana sebelum itu menatap Hana yang tersenyum bodoh kearahnya dengan tajam, "Inget, urusan lo sama gue belum selesai!"

Dengan pakaian yang masih setengah basah dan juga muka bantalnya yang masih terlihat dengan jelas Aisyah berjalan menuju Ndalem, dan tentunya dengan umpatan yang selalu keluar dari mulutnya.

"Apa lo liat-liat mau gue colok mata lo!" ketus gadis itu karena ada yang melihatnya dengan tatapan aneh, dan seseorang yang melihat Aisyah tadi langsung menundukkan kepalanya.

Rumah Ndalem sudah mulai dekat, kedua kakinya seketika berhenti saat melihat ada mobil yang sangat ia kenal terparkir di pekarangan Ndalem. Senyum Aisyah langsung merekah, tanpa berlama-lama ia langsung berlari memasuki Ndalem tanpa salam, membuat beberapa orang yang ada di sana terkejut.

"Papa!" Pekik Aisyah dan langsung berlari memeluk sang Ayah. Aditia sempat terkejut dengan kehadiran sang putri dan pelukannya yang tiba-tiba tetapi ia juga langsung memeluk tubuh sang putri dengan erat, hampir satu bulan ia tidak bertemu dengan putri nakalnya itu, membuat rasa rindu di dalam hatinya membuncah.

"Gak kangen Mama nih?" Cibir sang Mama, Aisyah mengurai pelukannya menatap sang Mama dengan cengirannya dan langsung berhambur memeluk tubuh sang Mama. Meski sang Mama yang selalu cerewet ia tetap merindukan wanita itu. Selalu merindukan omelan yang setiap hari tertuju padanya.

Semua yang ada di ruangan tersenyum melihat itu, dan yang tadinya terkejut karena kehadiran tanpa salam dari gadis itu sekarang dikejutkan lagi dengan keadaan tubuh gadis itu. Yang hanya menggunakan celana training berwarna abu-abu dan juga hoodie berwarna senada dengan jilbab yang acak-acakan dan jangan lupakan dengan celana setengah basah yang gadis itu kenakan.

Sang Mama yang lebih dahulu menyadari penampilan dari sang Putri menatap Aisyah tajam, mencubit paha gadis itu sedikit keras membuat gadis itu mengaduh.

"Apa-apaan kamu, kenapa penampilan kamu buluk kaya gini!" Aisyah mengerucutkan bibirnya, "Salah sendiri ngapain manggil Aisyah pagi buta kaya gini" Sang Mama langsung menarik telinga Aisyah dan lagi-lagi gadis itu mengaduh.

Aisyah, ku [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang