H-1, Aisyah semakin tidak tenang rasanya. Antara gugup, takut, senang, sedih, semua bercampur menjadi satu. Bahkan tidak terasa jika besok ia akan menikah dengan Gus-nya. Sedari tadi Aisyah tidak henti-hentinya mondar mandir hanya untuk mengurangi rasa gugupnya.
"Ais?" Zidan menyembulkan kepalanya dari balik pintu, menatap ke arah Aisyah bingung, "Kamu kenapa?" Laki-laki itu melangkah masuk kedalam kamar sang adik, mendudukkan dirinya di tepi kasur gadis itu. Menatap Aisyah yang mondar-mandir seperti setrikaan.
"Heh tenang dulu, kamu ngapain sih mondar-mandir kaya gitu??"
"Kak, kalau besok acara pernikahannya gagal gimana?" Aisyah mendudukkan dirinya di samping Zidan dengan tatapan yang cemas. Bukan menangkan sang adik, Zidan justru menertawakan adiknya.
"Ih, kakak kok malah ketawa sih?!!" Ucap Aisyah dengan kesal, memukul lengan laki-laki itu bertubi-tubi.
Zidan mengaduh, dan meminta ampun kepada Aisyah meski gadis itu kecil jangan di ragukan kekuatannya. Cukup membuat lengan terasa kebas.
"Iya, iya maaf..." Ucap Zidan dengan di akhiri terkekeh.
Aisyah melipat kedua tangannya di depan dada dengan memunggungi Zidan, saat ini ia kesal dengan kakaknya sungguh. Zidan yang mulai merasakan jika Aisyah sedang marah, ia tersenyum dan membalik tubuh Aisyah agar menghadap ke arahnya.
"Jangan mikir yang aneh-aneh, serahin semuanya kepada Allah. Berdoa agar semuanya di lancarkan" Kata Zidan untuk menenangkan adiknya yang sedang gelisah.
"Besok kalau Gus Agam salah nyebutin nama gimana? Trus kalau ijabnya ga bener, salah gimana? Kalau besok Gus Agam gak datang gimana? Ka--"
"Sttt, itu semua tidak akan terjadi" Potong Zidan dengan cepat, agar gadis itu tidak berfikir semakin aneh.
"Ai takut kak..." Cicit Aisyah dengan menundukkan kepalanya.
Zidan langsung menarik Aisyah kedalam pelukannya, "Ada Allah, ada Mama, ada Papa, dan ada Kakak di sini. Kakak pastikan semua itu tidak akan terjadi, jika sampai Agam tidak datang maka kakak yang akan cari dan menyeret dia kesini, dan apabila Agam membuat kesalahan maka kakak yang akan pukul dia sampai dia masuk rumah sakit atau bahkan sampai masuk liang lahat" Ucap Zidan membuat Aisyah memukul dada laki-laki itu.
"Jangan gitu dong kasihan!" Zidan terkekeh, mengelus kepala gadis itu sayang.
Saat mereka sedang berpelukan tiba-tiba notifikasi ponsel Aisyah berbunyi, dan gadis itu langsung melepaskan diri dari Zidan untuk mengambil ponselnya yang berada di meja belajar. Setelah membaca pesan itu, Aisyah langsung menyuruh Zidan untuk keluar dan ia bersiap-siap untuk keluar, ia sampai lupa dengan janjinya bertemu dengan Sifa.
0854xxxxx
Aisyah, jangan lupa ya nanti jam 10.00 di cafe xx
Sebenarnya Aisyah sangat malas berurusan dengan perempuan ular itu, tapi saat dia menyebut nama calon suaminya ia merasa penasaran dengan apa yang akan gadis itu katakan. Terlebih Bogor dan Jakarta tidak dekat.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Aisyah bersiap, gadis itu sudah rapi dengan gamis berwarna mint dengan hijab senada tidak lupa dengan sneaker berwarna putih dan tas selempangnya. Gadis itu tampak buru-buru menuruni tangga, membuat tatapan bertanya dari beberapa orang yang sedang bertugas menghias rumah Aisyah untuk acara akad besok.
"Aisyah, mau kemana?" Ucap Mama menahan Aisyah yang akan keluar dari rumah.
"Ais mau keluar bentar Ma"
"Gak, besok kamu udah mau nikah. Calon pengantin harus tetap di rumah sampai acara besok Aisyah" Ucap Mama membuat Aisyah menghela nafas, ia memegang kedua bahu sang Mama untuk meyakinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus