Agam yang melihat Aisyah yang kesal ia bisa menyimpulkan jika berita tentang istrinya yang marah-marah dengan seorang santri yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hana, itu benar adanya. Raut wajah Aisyah sangat berbeda dengan saat ia berangkat ke masjid tadi, gadis itu sekarang cenderung menekuk wajahnya.
"Assalamualaikum.." Salam Agam sampai di ambang pintu dapur, dimana ada Aisyah yang sedang membuat sesuatu yang tidak ia tahu.
Aisyah menoleh, "Waalaikumsalam" Gadis itu menghampiri Agam dan mencium punggung tangan suaminya, tanpa ada senyum yang muncul di wajahnya seperti biasanya.
"Ada apa, ada yang menggangu pikiranmu?" Tanya Agam, gadis itu tidak menjawab dan ingin kembali menyelesaikan kegiatannya namun Agam langsung menahannya.
"Tidak baik mengabaikan pertanyaan suami"
Aisyah berdecak, "Gue mau masak, lepasin" Baiklah gadis itu sekarang sedang sensitif, Agam langsung menarik Aisyah kedalam pelukannya, tidak peduli jika gadis itu memberontak ia tetap memeluk gadis itu erat.
"Saya tidak tau apa yang membuatmu sampai marah dan kesal seperti ini, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu katakan kepada saya ceritakan semuanya. Bukankah saya dulu pernah mengatakan, saya suamimu dan apa yang menganggu pikiranmu itu juga akan menganggu pikiran saya. Saya akan memberimu waktu untuk meredakan rasa kesal mu, jika rasa kesal mu sudah mereda kamu bisa menceritakan penyebabnya, dan sekarang ambil air wudhu dan ayo kita sholat magrib berjamaah bersama" Ucap Agam membuat Aisyah tidak memberontak lagi justru semakin mengeratkan pelukannya pada suaminya.
Agam tersenyum, mengelus kepada Aisyah pelan, biarkan kali ini ia melaksanakan sholat magrib berjamaah bersama istrinya. Sedangkan di masjid sudah ada Abi nya yang menjadi imam.
Aisyah mengurai pelukannya, "Ais ambil air wudhu dulu" Agam mengangguk kecil, "Saya tunggu di kamar ya" Setelah itu mereka berpisah, Agam yang masuk kedalam kamar dan Aisyah yang masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Setelah melaksanakan sholat magrib berjamaah bersama Aisyah menceritakan semua apa yang membuatnya kesal tanpa ada yang di tutup-tutupi, beberapa kali ia juga kelepasan mengumpat dan berakhir mendapat ceramah dari suaminya itu.
Agam terus menyimak cerita dari istrinya, dengan sesekali menegur dengan lembut jika Aisyah berbuat salah.
"Mas, makan dulu makanannya udah siap!" Teriak Aisyah dari dapur.
Agam yang berada di dalam kamar membaca ayat suci Al-Qur'an seketika menghentikannya dan menghampiri Aisyah yang berada di dapur.
Bau masakan yang Aisyah buat masuk kedalam indra penciuman Agam saat ia baru sampai di ambang pintu dapur, Laki-laki itu tersenyum dan mendudukkan dirinya di samping Aisyah.
"Hmm, hanya melihatnya sudah terasa sangat lezat" Celetuk Agam membuat Aisyah tersenyum malu.
"Mau yang mana?" Tawar Aisyah dengan sudah bersiap mengambilkan makanan kepada Agam.
Jari telunjuk Agam menunjuk kearah capcay dan tumis kangkung yang ada di sana, tumben sekali bahkan sepertinya ini pertama kalinya Aisyah memasak capcay.
Melihat apa yang Agam tunjuk Aisyah langsung mengambilnya, "Selamat mencoba" Ucap Aisyah terkekeh.
"Kamu juga makan, mau apa biar saya ambilkan?" Agam bangkit dan juga sudah bersiap seperti istrinya tadi mengambilkan makanan untuknya.
"Eh, gak usah bair Ais sendiri" Cegah Aisyah.
"Sudah, kamu sudah lelah memasak ini semua jadi biar ganti saya yang mengambilkan makanan untuk mu" Aisyah tersenyum, dan menunjuk kearah tumis kangkung dan juga ayam goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus