Sudah dua hari Aisyah kembali pulang ke rumahnya di Jakarta, dua hari pula ia tidak melihat Gusnya itu, ada sedikit rindu di hatinya, hanya sedikit tidak lebih. Setelah kejadian itu, kedua orang tua Aisyah sementara waktu membawa putri mereka pulang dan tentunya Ustadz Zidan juga ikut bersama mereka, semua itu atas paksaan dari Aisyah pastinya.
Keadaan gadis itu juga sudah membaik seperti semula. Saat ini Aisyah tengah asik menonton kartun kesukaannya di depan televisi dengan cemilan di pangkuannya, rasanya sudah lama ia tidak merasakan kenyamanan ini.
"Assalamu'alaikum"
"Wassalamu'alaikum" Jawab gadis itu tanpa menoleh, karena ia juga sudah tau jika itu adalah Mama dan kakaknya, karena mereka baru saja pulang dari rumah sakit menjenguk teman Mama yang sedang sakit.
Sang kakak ikut mendudukkan dirinya di samping Aisyah, sedangkan sang Mama menuju dapur untuk membuat makan malam. Zidan ikut mencomot cemilan di pangkuan Aisyah, dan mendapat delikan tajam dari sang adik namun Zidan abai.
"Udah sholat?"
"Hmm"
"Hm, apa?"
"iya, udah sholat kakak" Ucap Aisyah dengan berusaha tidak menendang kaki kakaknya itu, "Kalau di tanya di jawab yang bener jangan hmm hmm aja" Nasihat Zidan.
"Iyaa, kakak ku sayang" Aisyah memeluk tubuh Zidan dari samping, meski sering sekali laki-laki itu membuatnya kesal Aisyah tetap menyayangi kakaknya itu, sebab hanya dia yang Aisyah punya selain Mama Papa.
Zidan hanya tersenyum dengan mengelus kepala Aisyah yang bersandar di pundaknya, "Gak mau balik pesantren lagi?"
Mendapat pertanyaan itu, membuat Aisyah terdiam sejenak dan mendongak menatap sang kakak yang ternyata juga sedang menatapnya, "Mau, tapi Ais takut"
Dahi Zidan mengernyit, "Takut apa?"
"Takut kejadian dua hari lalu terulang lagi"
Zidan memicingkan matanya, "Sejak kapan kamu mengerti kata takut? dimana Aisyah yang bar-bar, tidak suka di tindas, dan sering sekali membuat kakak pusing haa??"
Aisyah langsung menatap Zidan tajam ingin melayangkan pukulan ke arah Zidan namun laki-laki itu langsung menghindar, "Ya!!, ralat Ais bukan takut tapi Ais cuma capek aja gitu bersikap kaya gitu. Ya meski jiwa Ais kalau di perlakukan kaya kemarin ingin sekali menginjak kepalanya, menendang tubuhnya, dan menghiburnya hidup-hidup!!" Ucap Aisyah berapi-api.
"Ais capek, pengen ada yang melindungi Ais biar gak ada yang ganggu Ais lagi" Lanjut gadis itu dengan semakin memeluk Zidan erat, sepertinya sifat manja gadis itu kambuh lagi.
Zidan kembali memeluk tubuh Aisyah dengan terkekeh, "Sekarang kamu gak usah takut lagi karena sekarang bukan hanya kakak yang jagain kamu"
Dahi Aisyah mengerut, "Maksud kakak"
Saat Zidan ingin menjawab, sang Mama keburu memanggil Aisyah dan Zidan bergabung untuk makan dan ternyata Papa juga sudah duduk anteng di meja makan dan bahkan sudah selesai mandi, "Loh, kapan Papa pulang, kok Ais gak liat Papa ??"
"Papa cuma gak mau ganggu kalian yang lagi asik pelukan sendiri gak mau ajak-ajak" Sindir lelaki paruh baya itu, membuat kedua anaknya terkekeh. Dan setelah itu mereka memakan makanannya dengan tenang tanpa ada suara selain suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring.
"Ais, setelah ini Papa mau bicara sama kamu bisa?" Tanya Papa setelah menyelesaikan makanannya.
Aisyah yang sebelumnya fokus dengan makanannya mendongak, "Tentu saja" Jawab Aisyah dengan tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah, ku [END]✓
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ya ✓ *** Bercerita tentang seorang gadis bar-bar yang menikah dengan seorang Gus