Hai readerku :) salam kenal
[COMPLETE]
Kisah 4 orang ntah bagaimana caranya semesta mempertemukan keempatnya dalam permasalahan yang melibatkan keempatnya. Membuat keduanya saling melindungi satu sama lain, namun tanpa sadar menyakiti satu sama lain...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu hari ini kelas apa aja?" Nara melepaskan sabuk pengamannya seraya berdehem pelan. "1 doang sih, tapi rencananya mau ngerevisi proposal bareng Acel di perpus. Gapapa kan?"
"Kenapa mesti tanya gapapa atau ngga?"
"Ya takutnya kamu ngajak kemana gitu. Kalo iya, kali ini aku minta maaf banget ngga bisa nemenin kamu, aku udah janji dari kemaren sama Acel. Sorry yah Ren."
Naren mengusap kepala Nara lembut seraya tersenyum, "Ngapain mesti minta maaf sih. Yaudah sana ntar telat."
"Kamu ngga ada kelas?" Naren menggeleng, lalu Nara memanggut seadanya lalu dia melambai kearah Naren sebelum ia turun dari mobil Naren. Saat Nara turun dari mobilnya dia segera menyalakan mesinnya namun pandangannya teralihkan pada ponselnya yang bergetar, dan memuncul pop up notifikasi pesan dari seseorang yang membuat nafasnya untuk sesaat tertahan.
"Aku kalo minta ketemu sekarang sama kamu, kamu bisa kan Ren? Bahas soal tugas kita."
Ah iya, Naren hampir melupakan tugas kelompok itu. Sebenarnya Naren tidak menelantarkan tugasnya begitu saja, dia juga sesekali menggarapnya hanya saja dia kerjakan sendirian. Ntahlah sejujurnya dia belum terlalu nyaman jika terlalu sering bertemu dengan Keisya. Apalagi pertemuan itu dilakukan tanpa sepengetahuan Nara, meski sebenarnya mereka bertemu juga untuk urusan perkuliahan.
Tuk tuk tuk
Naren terperanjat saat kaca mobilnya diketuk dan dia bahkan membolakan sedikit matanya saat melihat siapa pelakunya. Naren sebisa mungkin untuk bersikap biasa saja seolah dia tidak menerima pesan dari siapapun.
"Kenapa?"
"Buku aku, di jok belakang."
Naren segera membuka kuncinya dan Nara mengambil beberapa bukunya yang hampir tertinggal, "Sumpah kalo aku ngga inget, aku bisa – bisa dimarahin Bu Diyar tau ngga sih!"
"Untung aja inget."
"Heeum tapi lebih untung lagi kamu masih disini, coba kalo kamu udah pergi. Tapi kok kamu masih ada disini sih Ren?"
Naren seketika terdiam. Dia tiba – tiba teringat dengan pesan yang ia terima dimana alasan itu lah kenapa dia belum beranjak dari sini, "Kamu tiba – tiba ada urusan di kampus juga kah?"
"Ngga—aku,"
"Ren, duluan yah Acel telepon nih berarti dosennya bentar lagi masuk." Naren mencoba tersenyum dengan canggungnya lalu mengangguk pelan. Sementara Nara tidak menangkap keanehan dari senyum Naren dia bergegas masuk ke dalam gedung fakultasnya. Meninggalkan Naren yang menghembuskan seluruh nafas yang sedari tadi ia tahan.
Naren kembali menaikkan kaca mobilnya lalu bergegas pergi dari area gedung fakultas Nara. Semenjak ia bertemu Keisya diam – diam dan menjalin komunikasi dengan gadis itu, ada perasaan bersalah yang begitu besar yang membelenggu Naren seketika. Terkadang dia selalu merasa bersalah ketika melihat gadis itu tengah tersenyum padanya, dia merasa bahwa apakah dia masih pantas melihat senyuman seorang gadis yang selama ini telah ia bohongi.