Bab 13 : Pembicaraan Penting

155 23 0
                                    

"Hujannya awet yah mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hujannya awet yah mas." Kata Nara saat keduanya tiba di apartement dalam keadaan sedikit basah kuyup.

"Baguslah jadinya ngga panas banget nih Jakarta. Mas mandi dulu nanti habis itu kita pesen makan, makan ramen enak sih kayanya."

"Boleh tuh boleh, aku pesen sekarang aja pasti kalo lagi hujan gini antri."

Meghan hanya mengangguk seadanya lalu masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Nara yang fokus dengan ponselnya. Nara baru ingat kalo seharian ini dia tidak menghubungi Naren sama sekali. Bisa – bisanya dia melupakan Naren, Nara yakin pasti Naren uring – uringan karena Nara tidak menghubunginya sama sekali.

Tapi, biasanya jika Nara tidak menghubungi Naren, pemuda itu pasti akan menghubunginya duluan. Tapi, Naren tidak sama sekali mengiriminya pesan atau mencoba meneleponnya. Apa mungkin Naren sebenarnya marah karena dia lebih memilih kakaknya? Duh Nara apa kamu lupa Naren itu kayak anak kecil pasti dia sekarang lagi merajuk karena Nara benar – benar melupakan Naren.

Nara bergegas menghubungi Naren setelah dia memesan pesanannya, namun ponsel Naren ternyata tidak aktif. "Dia ngga sengaja matiin kan?"

"Pliss lah Narendra, yakali aku main sama kakak aku sendiri kamu ngambek gini."

"Huhh Kanara sabar , jangan lupakan watak kekanakannya seorang Narendra."

"Udahlah ngga aktif, emang dia beneran marah kali. Bodoamat lah."

"Ehh tapi ngga bisa, gue juga kangen dia. Paling ngga gue bisa denger suara dia sebentar aja."

"Ihh Narendra, lo apaan sih matiin hp segala!!"

"Terserah deh." final Nara. Persetan dengan Naren kalo sungguh dia memang marah.

--destiny, tells me--

Naren tergugah dari tidurnya, tidur yang ntah dia sadar dia tidur atau tidak. Naren melirik kesekelilingnya, dan ini bukan kamar dia. Naren seketika tersadar kalo dia memang tidak di kamarnya, dia semakin terkejut saat melihat seorang gadis tertidur bersandar dibahunya, bahkan dia semakin terdiam saat tersadar bahwa tangannya dengan Keisya saling menggenggam.

Naren mengusap wajahnya dengan gusar setelah teringat apa yang baru saja terjadi. Bodoh, kenapa bisa – bisanya dia ketiduran sih, dan kenapa bisa – bisanya dia membiarkan orang lain bersandar di bahunya. Sejujurnya Naren bingung apa yang harus dia lakukan, membangunkan Keisya disaat gadis itu tampak tertidur lelap jelas Naren tidak tega. Alhasil Naren mengangkat tubuh gadis itu dan menaruhnya di kasur dengan hati – hati jangan sampai membangunkan gadis itu.

Naren menatap wajah Keisya yang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis ini, kenapa seketika Naren merasa penasaran dan ingin tau lebih tentang trauma Keisya. Dia masih ingat betapa hancurnya Keisya tadi bahkan dia bisa melihat setakut apa Keisya. Naren menggeleng pelan, tidak Keisya bukan urusannya apapun yang terjadi dengan Keisya jelas tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

destiny, tell me || Kim Minju ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang