Bab 18 : Aroma Petrichor

186 25 1
                                    

Kanara yang semula terfokus pada macbook didepannya sejenak mengalihkan fokusnya pada ponselnya yang berdering lalu memuncul nama Acel sebagai penelepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanara yang semula terfokus pada macbook didepannya sejenak mengalihkan fokusnya pada ponselnya yang berdering lalu memuncul nama Acel sebagai penelepon.

"Why??"

"Gue? Di cafe deket kampus, kenapa?"

"Sendiri tapi tuh tapi—"

"Hehe." Nara tertawa pelan mendengar nada bicara Acel yang mendadak berubah, "Tapi kalo lo mau kesini, kesini aja. Naren ngga gigit kok."

"Iya emang ngga, tapi gue jadi nyamuk gitu disitu? Ogah!"

"Cari pacar makannya."

"Gue mah mau langsung cari suami. Dah bye."

"Bye Acel."

Cup

Kanara tersentak saat Naren tiba – tiba mengecup pipinya saat pemuda itu datang, membuat Kanara memukul bahu Naren pelan, "Kamu ngapain sih!"

"Hehehe habisnya keliatannya kaya serius banget, siapa yang nelepon?"

"Acel." Nara menaruh ponselnya lalu meneguk americano dinginnya, "Nanya aku dimana."

"Terus kamu kasih tau?" Nara memanggut pelan, "Terus dia juga nanya aku sama siapa, aku bilang sendirian tapi kamu mau dateng, jadinya dia batal kesini."

"Padahal gapapa loh dia kalo mau kesini."

"Aku juga bilang gitu, tapi dia bilang tapi gue jadi nyamuk gitu disitu?Ogah!." Nara menggidikkan bahunya pelan, "Gitu katanya."

"Tapi bener juga sih." Naren mengambil minuman Nara membuat gadis itu membolakan matanya, "Narendra ih kebiasaan!"

"Yaelah sayang minta dikit, di luar panas banget."

"Yakan bisa pesen langsung!"

"Iya deh ini aku mau pesen, ngga usah ngambek gitu ah, aku cuman minta dikit doang kok."

Nara hanya merotasikan bola matanya lalu kembali fokus pada revisiannya tanpa menghiraukan Narendra sama sekali. Melihat wajah Nara menekuk, Naren justru merasa gemas. Dia mengacak rambut Nara saat pemuda itu beranjak memesan membuat Nara semakin menekuk wajahnya.

Tidak lama dari itu, Naren kembali dengan gelas americano yang sama dan 2 cemilan, yang satu manis yang satu asin.

"Astaga Narendra kok kamu tau aku pengen ini."

"Aku malah heran di meja kamu ngga ada makanan apapun."

"Aku lupa tadi yang aku pikirin cuman minuman soalnya panas banget di luar." Nara tersenyum pada Naren, "Makasih yah."

"Terima kasih kembali." Naren tersenyum sama lembutnya lalu mengambil roti isi tuna itu dan di potongnya. Lalu pemuda itu menyodorkannya pada Nara. Melihat itu, Nara hanya tersenyum dan membuka mulutnya menerima suapan kekasihnya.

destiny, tell me || Kim Minju ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang