Bab 02 : Tentang Permulaan

404 40 1
                                    

— destiny, tells me —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— destiny, tells me —

"Okey berarti fiks yah rencana B yang bakalan kita pilih, padahal awalnya itu jadi opsi lain."

"Ya gapapa lah, sekalipun plan kedua yang paling penting kan kelancaran acaranya." Sanggah Nara lalu menutup map didepannya. Pemuda didepannya hanya menganggukan kepalanya terhadap jawaban Nara, yang tak lain ialah sekretarisnya sendiri. "Okey kalo gitu, kita selesai rapat hari ini, selamat sore semuanya. Sorry banget kalo saya jadi mengambil waktu istirahat kalian." Tutup Kailo.

"Ngga masalah kak, udah konsekuensi dalam mengikuti keorganisasian ya gini."

Nara hanya tersenyum, "Yaudah kalian boleh meninggalkan ruangan, selamat istirahat semuanya."

Semua anggota himpunan akhirnya meninggalkan ruangan rapat menyisakan Nara dan beberapa staff inti, tak lama dari itu sebagian dari mereka mulai meninggalkan ruangan satu persatu menyisakan dirinya dan sang ketua, Kailo. "Sumpah yah, gue ngga kepikiran buat plan B awalnya, tapi berkat ide dari lo Ra, acara ini yang awalnya terancam batal akhirnya beneran terselamatkan."

"Apa sih Kai, lebay lo."

"Gue serius anjir!"

Nara menurunkan tangan Kailo yang merangkul bahunya seraya tersenyum, "Gue udah punya pacar Kailo Adi Utama."

Kailo mengangkat alisnya seraya kedua tangannya, "Ups lupa pacar lo kan sebelas dua belas kaya Pak Gatot, bisa melototin gue ampe bola matanya mau keluar."

"Heh sembarangan nyamain cowo gue sama Pak Gatot!"

"Yakan emang bener, padahal gue sama lo kenal juga udah dari jaman SMA, lebih dulu dari dia."

"Fyi gue kenal dia juga dari SMA." Nara mengalungkan tasnya di bahunya, "Dah gue balik, bye pak ketu."

"Nara sama Naren kenal dari SMA, kok gue gatau?"

Nara menghembuskan nafasnya pelan lalu mengeluarkan ponselnya, ia akan memesan ojek online karena dia tau Naren jelas sudah pulang sedari tadi, dan dia tidak mungkin meminta pemuda itu untuk sekedar menjemputnya. Lagipun jaman sudah canggih, kenapa juga mesti mengandalkan kekasihnya itu selalu.

Nara terlalu fokus pada ponselnya hingga tak sadar ada seseorang yang mengendap berjalan mendekatinya lalu mengacak rambutnya seenak jidat membuat Nara hampir menjatuhkan ponselnya jika dia tidak hati - hati.

"Vando!"

Pemuda berkulit putih itu menampilkan senyum khasnya apalagi jika bukan senyuman maut yang membuat siapapun akan jatuh cinta padanya, terkecuali Nara. Siapa sih yang bisa menolak senyuman yang bukan hanya bibirnya yang tersenyum tapi matanya juga ikut tersenyum. "Rambut gue acak - acakan kan!"

"Apaan sih, lagian udah mau balik juga. Kecuali kalo habis ini lo masih ada acara penting."

Nara mendengus, "Lo tuh kayanya kalo ngga ngusik gue sehari aja hidupnya ngga tenang."

destiny, tell me || Kim Minju ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang