Bab 24 : Dunia Itu Sempit

140 18 5
                                    

Keisya tengah sibuk merias dirinya ntah kenapa hari ini dia ingin berpenampilan sedikit lebih rapih dari biasanya, padahal biasanya sehari – hari saat ke kampus dia hanya mengenakan kaos putih dibalut dengan cardigan rajutnya tapi hari ini agak be...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keisya tengah sibuk merias dirinya ntah kenapa hari ini dia ingin berpenampilan sedikit lebih rapih dari biasanya, padahal biasanya sehari – hari saat ke kampus dia hanya mengenakan kaos putih dibalut dengan cardigan rajutnya tapi hari ini agak berbeda, dia bahkan mengenakan kemeja dan juga rok selutut, bahkan dia mengikat rambutnya lebih rapih.

Aneh memang, seperti bukan Keisya yang biasanya tapi sudahlah terlihat rapih ternyata tidak buruk bahkan dia lebih enak dilihat. Hari ini Keisya memutuskan untuk memakai lensa kontak mata, benar – benar mungkin jika Ghea temannya itu melihat dia sekarang, dia akan dikira tengah jatuh cinta. Ya memang benar dia memang tengah jatuh cinta tapi jatuh cinta untuk cinta yang tidak mungkin.

Keisya menyemprotkan parfum ke tubuhnya namun dia malah terbatuk – batuk dan merasa mual tiba – tiba dengan aromanya. Memang sudah lama sih dia tidak memakai parfum ini, masa produknya expired makannya aromanya jadi berubah. Tapi, bukankah Keisya baru membelinya tahun lalu. Sudahlah, dia tidak mau mengambil pusing mungkin ini efek dia kurang tidur semalam juga, dia baru bisa tertidur jam 3 pagi, itu pun karena dia tidak bisa tertidur. Bukan karena mengerjakan revisian skripsinya, tapi ya memang Keisya kesulitan untuk memejamkan matanya.

Bayangan Naren masih muncul jelas dalam pikirannya. Seberusaha keras dia mencoba melupakan pemuda itu, semakin besar keinginan dia menginginkan seorang Naren. Dia masih teringat waktu 1 minggu itu, memang bukan waktu yang lama, tapi keberadaan Naren dihidupnya membuat dia merasa dihargai dan merasa bahwa dia tidak lagi sendirian.

"Kei, gue beliin lo minuman non – coffee, gatau sih lo suka apa ngga, tapi gue mastiin kalo itu beneran non- coffee."

Keisya terdiam mengambil tas belanja yang Naren taruh di meja makannya, "Gue bisa minum coffee kok Ren."

"Tapi kan ibu hamil ngga boleh minum kafein." Kata Naren yang terfokus dengan laptopnya. Keisya seketika mengerjap, begitupun Naren yang baru menyadari ucapannya, "Maksud gue, semisal lo beneran hamil. Gue cuman ngga mau nyelakain makhluk yang ngga berdosa itu." jelas Naren lalu fokus sepenuhnya dengan laptop, sementara Keisya diam – diam tersenyum kecil seraya memegang perutnya dan melirik Naren yang sudah menutup telinganya dengan earphonenya.

Keisya tersenyum saat mengingat kembali moment dimana dia benar – benar dihargai, merasa bahwa dirinya benar – benar berharga meski dengan alasan lain. Saat itu, Keisya benar – benar berharap bahwa dia benar – benar hamil, tapi sepertinya moment indah itu akan hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Keisya memperhatikan perutnya lalu mengusap perutnya dengan lembut dan lantas menggeleng pelan.

"Lupain Kei, Naren bukan ditakdirkan untuk lo." Telaknya lalu beranjak dari meja riasnya dan keluar membawa serta totebag dan kunci mobilnya. Saat Keisya tengah menegak air putih, bel apartementnya berbunyi, segera mungkin Keisya membukakan pintu.

"Ternyata lo beneran nebeng gue." Kata Keisya lalu mengambil sneakers putihnya.

"Ya beneran lah anjir buktinya gue diturunin disini sama si Juna, sialan emang tu orang." Ucap Ghea menahan emosinya mengingat bagaimana kekasihnya itu benar – benar menurunkan dia di parkiran apartement Keisya.

destiny, tell me || Kim Minju ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang