Bab 01 : Dunia Kanara dan Narendra

770 46 2
                                    

— destiny, tells me —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— destiny, tells me —

Setelah memastikan tidak ada balasan apapun lagi dari Nara, Naren menutup layar ponselnya lalu beranjak meninggalkan kelasnya, menyusul teman sebayanya yang sebelumnya sudah memanggilnya.

“Lo tuh punya pacar, masa makan siang aja bareng gue.” Celetuk pemuda berkulit tan itu lalu mencomot satu kerupuk udang dari kalengnya setiba keduanya di warung bakso sebrang kampus.

“Ya emang napa sih makan bareng temen sendiri.”

“Ngga takut disangka homo?”

“Kan gue punya pacar, gimana ceritanya disangka homo!” Naren meneguk tandas segelas air putihnya, “Demi sih gue kira makin nambah semester mata kuliahnya bakalan makin gampang, ternyata gue salah.”

“Yeee dimana – mana nambah tingkatan ya tingkat kesusahannya juga nambah.”

“Ya kan gue kira kalo kuliah beda, Aldo!”

Aldo mendengus, “Otak lo beda, malah kalo kuliah kan tingkat kesusahannya makin kagak manusiawi. Dikata pas jadi mahasiswa kita udah bukan manusia biasa lagi kali yah.” dan Naren hanya tertawa pelan lalu berterima kasih karena dua mangkok bakso dan mie ayam mereka sudah tersajikan.

“Ehh lo sama Nara udah jalan berapa lama yah?”

“Kenapa?” Naren meniup – niup sesekali mie yang masih mengepul, “lo naksir cewe gue?”

“Anjir ngga yah! maksud gue tuh, kalo misal bertahun – tahun apa ngga bosen?” Naren terdiam seraya mengaduk kuah mie ayamnya, lalu menggeleng pelan. “Masalahnya kadang ada jenuhnya ngga sih.”

“Ngga, Nara ngga pernah bikin gue jenuh.” Tegas Naren, “Lo kalo mau ngomporin hubungan gue yang baik – baik aja awas yah!”

“Lo udah pernah tidur sama Nara?”

Naren tersedak dengan ucapan Aldo yang ntah bagaimana cara berpikirnya pemuda ini, bisa – bisanya dia mengatakan kalimat itu seolah hal itu memang suatu hal yang wajar atau lumrah untuk dipertanyakan kepada sepasang kekasih seperti dirinya dan Nara. “Jangan bilang belom?”

Naren menghembuskan nafasnya pelan, “Urusannya sama lo gue udah tidur bareng Nara apa belom, apa hah?”

“Yee jangan sewot dong, yakan gue tanya doang.” Aldo mulai mengunyah baksonya yang dimulai dari bakso besar yang ia bagi menjadi beberapa bagian, “Soalnya agaknya aneh aja kalo misal lo berdua udah pacaran bertahun – tahun tapi belum pernah kaya gitu. Yakali lo ngga ada hasrat sama dia.”

“Atau emang Nara ngga buat lo nafsu?” Naren menggertakkan giginya saat mendengar ucapan temannya itu. “Ya emang sih kayanya Nara ngga begitu menarik buat lo ajak gituan.” Aldo tertawa pelan sebelum ia mengunyah bakso nya.

Bugg

Bogeman mentah itu mendarat mulus di wajah Aldo bahkan membuat pemuda itu jatuh tersungkur dan membuat orang – orang disana refleks berteriak. Naren menarik kerah Aldo dengan kasar seraya menatap pemuda itu dengan mata menyala, “Jangan pernah lo berani menyimpulkan Kanara dengan otak kotor lo anjing!” setelahnya Naren menghempaskan tubuh Aldo dengan kasar dan meninggalkan Aldo yang terseringai pelan seraya menahan sakit sekaligus malu karena dirinya menjadi tontonan orang – orang disana.

destiny, tell me || Kim Minju ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang