Hai readerku :) salam kenal
[COMPLETE]
Kisah 4 orang ntah bagaimana caranya semesta mempertemukan keempatnya dalam permasalahan yang melibatkan keempatnya. Membuat keduanya saling melindungi satu sama lain, namun tanpa sadar menyakiti satu sama lain...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naren sudah berkendara selama 15 menit, dan selama itu juga baik Naren atau Nara tidak ada yang membuka mulutnya atau mencoba membuka percakapan. Apalagi sedari tadi, Nara hanya memalingkan wajahnya. Naren sadar, Nara tidak mungkin mudah memaafkan dirinya begitu saja tapi tetap saja Naren tidak bisa jika Nara seperti ini padanya.
Bicara luka di wajahnya, dia berusaha keras menutupinya dengan foundation, bahwa Naren pergi ke salon professional supaya semuanya bisa tersamarkan dengan normal. Itu juga alasannya kenapa dia datang terlambat.
"Ra." Dengan susah payah Naren mencoba memulai percakapan meski dia tidak yakin apakah Nara akan menggubrisnya atau tidak.
"Kanara."
"Anter aku pulang."
"Maksud kamu kita langsung pulang ke apartement kamu?"
Nara tidak menjawab apapun, sejujurnya dia tidak punya tenaga untuk sekedar berdebat dengan Naren sekarang. Energi dia sudah habis terpakai saat mereka berpura – pura tadi. Naren memarkirkan mobilnya sembarangan di pinggir jalan, membuat Nara menoleh.
"Kamu ngapain berhenti disini, aku bilang aku mau pulang."
"Kita harus bicara Ra."
Nara mencoba menahan emosinya, "Kita ngga bisa kaya gini terus. Aku ngga suka kita ada disituasi kaya gini."
Nara mendecih, "Kita? Bukannya kamu yang bikin kita jadi kaya gini? Kamu kan yang tiba – tiba sering ngilang, kamu kan yang udah ngga pernah bales chat aku atau nyari aku duluan."
"Dan sekarang kamu seolah bilang kalo aku juga bersalah disini?"
Nara menghela nafasnya, "Bahkan aku ngga tau selama ini kamu dimana, apa yang lagi kamu lakuin, kesibukan apa yang lagi kamu kerjain, aku hampir nyaris ngga kenal kamu Ren."
Nara memalingkan wajahnya berusaha mengatur emosinya supaya dia tidak benar – benar meledak, dan sebisa mungkin dia tidak menangis, dia tidak selemah itu. Perasaan Naren mendadak campur aduk, rasa bersalah, khawatir, marah, kecewa bercampur dalam dirinya. Dia tau disini dialah biang masalahnya. Naren bisa menjawab semua pertanyaan Nara, hanya saja dia tidak tau harus menjawab seperti apa.
Apa mungkin ini saatnya Nara tau semuanya, semua hal yang selama ini Naren sembunyikan rapat – rapat?
Naren mengambil tangan Nara untuk ia genggam meski Nara terus berusaha berontak, Naren tidak menyerah. Dia menundukkan kepalanya dalam – dalam, bahunya agak bergetar.
"Aku minta maaf, aku tau aku salah, dan mungkin aku ngga pantes dapet kata maaf dari kamu. Tapi, harus kamu tau aku gatau harus jelasin darimana Ra."
"Selama beberapa hari ini aku ngerasa takut, aku takut kalo keputusan aku melamarmu adalah keputusan yang nantinya akan menyakitimu. Karena aku sadar, aku ngga bisa selamanya bergantung sama papah dan mamah."