Chapter 45

816 106 6
                                    

Happy Reading
___________________________________________

10 Desember 2022

"SHAN, UDAH SIAP BELOOM? NTAR KITA TELAT LOH" teriak Shania dari luar pintu kamar Shani.

Shania mendengus kesal karena tidak ada respon dari Shani, bahkan kamarnya pun terkunci. Ia pun kembali melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.35, yang artinya jika tidak bergegas dari sekarang, bisa dipastikan mereka akan terlambat masuk sekolah.

Ditambah lagi, kondisi hari ini banjir di mana - mana mengakibatkan kemacetan parah, salah satunya jalan menuju arah sekolah mereka. Kesabaran Shania pun di uji karena hampir sepuluh menit berlalu, Shani belum menampakan batang hidungnya.

Tanpa berpikir panjang, Shania kembali menggedor - gedor kamar Shani, namun belum sampai pada ketukan pertama, pintu tersebut sudah di buka oleh si penghuni kamar.

"Ngapain sih? Berisik tau ngga" ketus Shani langsung saja nyelonong melewati Shania. Shania hanya bisa menampilkan ekspresi cengonya melihat tingkah Shani.

"Woy!! Kok lo yang bete? Harusnya gue yang bete nungguin lo dari tadi" omel Shania balik sambil mengekori Shani dari belakang.

Shani dan Shania menuruni tangga yang masih di sertai omelan Shania hingga terdengar oleh kedua orang tuanya yang sudah menunggu mereka di ruang makan.

"Apa nih pagi - pagi udah berantem aja" tegur mama duo Shan.

Shani hanya mengendikkan bahu acuh dan segera duduk di kursinya. Sedangkan Shania yang kembali melihat tingkah menyebalkan dari kembarannya hanya bisa mendengus kesal.

Sang mama menggelengkan kepala sambil tersenyum dengan tingkah kedua anak gadisnya, setiap pagi ada aja hal yang jadi pertengkaran. Namun satu hal yang ia syukuri, kedua anaknya tersebut saling sayang dan saling menjaga satu sama lain.

Ia pun menarik sang anak untuk ikut duduk dan segera sarapan, takut tambah telat nantinya.

"Udah sayang, sini duduk ntar tambah telat loh" ucap sang mama sambil menarik lembut Shania yang masih berdiri menatap kesal ke arah Shani.

Shania pun nurut, dan segera duduk di kursinya sambil tetap menatap Shani. Sang papa yang sedari tadi hanya diam memperhatikan keduanya kini ikut bersuara.

"Shania, tidak baik lihatin adik kamu kayak gitu, cepet sarapan! " tegur papa duo Shan.

Shania yang mendapat teguran dari sang papa hanya bisa menghembuskan nafas mengalah. Ia pun segera mengambil sarapannya dan menghabiskannya tanpa bersuara.

Sang mama yang masih berdiri di samping Shania, mengelus puncak kepala sang anak. Ia tahu jika perasaan Shania sekarang tidak baik - baik saja, namun ia yakin jika Shania bisa lebih bijak menanggapi apapun yang ia rasakan.

"Shani, gimana keadaan teman kamu yang masuk rumah sakit waktu itu?" tanya sang papa.

"Kata Cindy udah mendingan kok pah, butuh istirahat aja untuk pemulihan" jawab Shani.

"Dia anak geng motor kan?" tanya sang papa lagi. Shani tanpa ragu mengangguk.

"Papa minta, kalian jangan terlalu bergaul dengan anak geng motor seperti mereka, bahaya dimana - mana, musuhnya banyak"

"Pah, mereka baik kok, berprestasi juga di akademik dan non akademik, bukannya itu yang selalu papa inginin buat kita berdua berada di lingkungan yang memiliki prestasi" sanggah Shania, ia mulai tidak nyaman jika harus di atur dalam hal pergaulan. Menurutnya walaupun Gracia Cs adalah anak geng motor, tapi mereka berbeda.

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang