Chapter 53

779 88 9
                                    

22 Januari 2023

"Ra, aku tinggal ke kantin bentar gapapa kan?" tanya Fiony

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, aku tinggal ke kantin bentar gapapa kan?" tanya Fiony. Sudah beberapa hari ini gadis itu setia menemani Ara di rumah sakit.

"Iya gapapa, Fio" sahut Ara tersenyum.

Fiony membalas senyuman itu kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu. Baru saja setengah badan Fiony keluar dari pintu, Ara memanggilnya lagi.

"Fio..."

"Iya Ra, mau nitip sesuatu?"

"Emm, nitip roti nya satu ya" ucap Ara nyengir.

"Loh, kamu kan baru aja ngabisin semangkok bubur, emang masih kurang?" tanya Fiony heran sedangkan Ara hanya mengangguk.

"Ya udah, ntar aku beliin, tunggu disini, jangan kemana - mana" sambung Fiony, setelah itu ia pun berlalu pergi.

Ara tersenyum senang karena kehadiran Fiony, ia tidak merasa sendiri di tempat itu. Walaupun ia masih memiliki ninik Ainun, namun tetap saja Ara tidak ingin niniknya merasa khawatir.

Sembari menunggu Fiony kembali dari kantin, Ara mencoba mengusir kebosanannya dengan menonton kartun kesenangannya. Hingga beberapa saat kemudian, Ara mengingat sesuatu dan buru - buru mencari handphonenya.

Ara membuka case benda tersebut dan dengan cekatan mengutak atik hingga mengeluarkan sebuah microSD yang tersembunyi di balik case itu.

"Udah saatnya..." gumam Ara.

Ara memasang microSD tersebut pada sebuah tab, kemudian mengirimkan file yang sudah lebih dahulu melalui proses enkripsi data kepada seseorang.

Gadis itu pun bernafas lega. Saat ini mungkin saja ia masih selamat. Tapi setelah kejadian yang menimpanya, Ara selalu merasa nyawanya terancam dan mungkin saja detik ini adalah detik terakhir ia melihat dunia.

Ara kembali fokus menonton TV yang ia abaikan sejenak, hingga tanpa sadar ia pun tertidur. Saat Ara sudah terlelap, tiba - tiba saja pintu ruangan dibuka oleh seseorang.

Ceklek!

Ara terbangun dan memasang tampang cemberut untuk menjahili orang yang masuk keruangannya. Namun dugaan gadis itu ternyata salah, ekspresinya yang murung seketika berubah menjadi marah dan ada perasaan sedikit takut.

"Ngapain ayah ke sini?!" tanya Ara dingin.

"Seeing my daughter, tidak ada salahnya jika seorang ayah mengunjungi putri semata wayangnya" ucap orang tersebut yang dengan santainya duduk di kursi sebelah ranjang Ara.

"Cih! Sejak kapan ayah peduli denganku? Oh tidak, harusnya sejak kapan anda perduli dengan orang yang bukan anak biologis anda?!" ucap Ara sedatar mungkin.

Prok! Prok! Prok!

"Ternyata kamu sudah tahu semua! Baiklah saya tidak perlu berpura - pura lagi memiliki keturunan sepertimu" ucap orang itu menatap remeh Ara

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang