"Gue pastiin dia yang mati duluan sebelum sentuh Angel." geram Ayhner pada ucapan Alice.
"Mata dia penuh kabut obsesi." celetuk David mengalihkan tatapan Arthur dan Ayhner. "Dia begini karena dia gak tahu kalo sebenernya Angel adek lo." David menghela napas melihat keduanya tetap diam tak bersuara. "Tapi gak menampik obsesi nya bisa juga ada di tahap, singkirkan semua." tepat setelah kalimat terakhir diucap, tubuh Ayhner langsung menegang.
"Ayhner!" panggil Sio dalam pikiran.
"Sio, Angel."
"Tinggalkan dulu rasa ingin tahumu mengenai gadis bernama Lutfi itu, lebih baik kau urus gadis gila barusan." ucap Sio menasehati Ayhner dan tak lupa menghujat Alice.
"Ya," jawab lemas Ayhner yang khawatir dengan Angel.
"Tenang saja, kau tak lupa jika memiliki pendamping tampan sepertiku bukan." ucap Sio mencoba menenangkan Ayhner, namun terdengar menyebalkan.
Ayhner yakin, jika Sio sedang memasang raut sombong. Merasa bangga dengan visualnya. Ingin rasanya Ayhner memukul Sio, namun mana bisa. Yang ada dia ikut merasakan sakitnya karena sudah terikat.
"Ayhner!!"
Plak
Kesadaran Ayhner kembali setelah dipanggil dan merasakan kepalanya dipukul. Dia mengusap kepalanya dan menatap tajam David yang sudah berani menggeplak kepalanya.
"Makanya jangan bengong. Lagi serius malah bengong." gerutunya kesal pada Ayhner.
"Ck," decak kesal Ayhner.
"Kelas." ucap Arthur yang beranjak dari kursinya, mengisyaratkan mereka untuk kembali ke kelas. Setelahnya mereka pergi dari kantin meninggalkan siswa siswi yang bergosip membicarakan kejadian tadi.
*****
Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu. Tapi kelompok Arthur dan Lutfi belum pulang. Mereka tengah membicarakan kapan waktu untuk mengerjakan tugas kimia dari Bu Rika.
"Mau kapan dan dimana ini?" tanya siswi bernama Ivo.
"Kalo hari sekolah mungkin bisanya malem, emang kalian mau?" tanya Nicko.
"Jangan, capek." seru salah satu cowo bernama Wildan. "Pulang sekolah gue lanjut latihan voly, pulangnya pasti mepet magrib. Capek kalo langsung kerkom." lanjutnya.
Ya, Wildan merupakan siswa yang mengikuti eskul voly di sekolah. Sudah biasa dia pulang saat matahari tenggelam.
"Weekend aja gimana?" tanya Nicko lagi.
"Jangan, gue mau tidur." celetuk salah satu dari mereka yang diketahui bernama Tia.
Brak
Suara gebrakan meja, dan pelakunya adalah Ivo. Semua mengerjap kaget mendengarnya.
"Lo kalo mentingin tidur, keluar aja dari kelompok!!" marahnya. Ivo adalah bendahara kelas, dan kebetulan dia sedikit tempramental. Jadi biasa jika mendengar dia berteriak marah dan uang kas kelas murid tak pernah telat.
"Santai Vo, kasian mejanya." ucap Nicko.
"Salahnya, mentingin tidur daripada kerkom. Lagi serius malah kayak gitu."
"Iya, tapi gak gebrak meja juga."
"Udah-udah, waktunya weekend, sabtu oke. Biar minggu kalian bisa istirahat ful tidur terserah. Lanjut, mau dirumah atau tempat lain?" ucap menengahi Nicko.
"Rumah Arthur aja tuh, lumayan makan gratis." celetuk David dari kursinya. Dia dan Ayhner memang masih di kelas menunggu Arthur dengan bermain game, mereka dari tadi juga mendengar percakapan meski tatapan mereka pada ponsel masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...