"Babi!!! Ini kapan selesainya?!!! Gue mau pulang!! Arghhhh!!!"
"Semakin kau marah semakin sulit juga kau mematahkan ranting itu."
"I hate you!!!"
"Terus lah mengumpat, maka kau akan semakin lama disini."
Bruk
Ayhner menjatuhkan diri ke tanah, keringat membasahi dirinya, dia sangat lelah.
Sio yang melihat pun mengadikan bahu nya acuh, dia memilih melanjutkan memakan ikan bakarnya.
Asik dengan ikan nya, Sio tak merasakan pergerakan, dia kemudian menoleh dan mendapati Ayhner yang memejamkan matanya berusaha tidur.
Sio menghela napas, selalu saja begini. Selama berada di ruang dimensi, Sio melatih kesabaran dan daya tahan tubuh Ayhner, dalam tahan tubuh Ayhner memang handal. Tapi tidak dengan kesabaran. Latihan kesabaran yang diberi Sio yaitu mematahkan ranting pohon, tentu saja bukan ranting biasa. Dalam mematahkan ranting ini butuh konsentrasi tinggi, pikiran yang tenang dan tidak boleh emosi. Semakin tidak fokus dan mudah marah, maka semakin sulit ranting dipatahkan. Mereka akan berubah lentur sehingga sulit dipatahkan bahkan di koyak kulitnya saja sulit.
Setelah diberi penglihatan dampak emosi berlebih oleh Ren, Ayhner mengalami gelisah dan khawatir berlebih, pikirannya pun mudah kosong. Tapi oleh Sio sedikit demi sedikit diberi penjelasan dan arahan bagaimana agar dirinya tidak sampai seperti itu. Ayhner yang memang takut pun langsung setuju, tapi setelah tahu latihannya, Ayhner menggerutu kesal. Kesabarannya yang setipis tisu sangat di uji disini. Dia beberapa kali berusaha tidur dan berharap bangun dan pergi dari ruang dimensi ini, namun sia-sia. Di dimensi ini dia tidak bisa tidur. Entahlah kenapa begitu.
"Sio, sampai kapan kita disini? Gue pengen sadar dan bangun." tanya Ayhner.
"Sampaiiii..... aku ingin, jika aku belum ingin maka belum."
"ANASTASIO!!" teriak Ayhner, bisa-bisanya Sio menjawab seperti itu. Sedangkan yang diteriaki tak menanggapi dan tetap fokus pada makanannya.
"Sio! Lu denger gue ngomong gak sih?!"
"Berhenti berteriak, lanjutkan latihan mu. Jika kau khawatir tentang keluargamu, tenang saja Reva dan Ren sudah mengaturnya. Lagipula waktu di ruang dimensi ini lebih cepat dari dunia mu. Jadi mau seberapa lama pun kamu disini, disana kamu hanya tertidur sebentar. Gunakan waktu yang ada untuk menyelesaikan latihan ini, jika kau menganggap sepele latihan ini, jangan salahkan aku yang akan melatihmu dengan caraku."
Ayhner tak menjawab, dia hanya diam menatap langit di atas.
"Makanlah, setelah itu lanjutkan latihan." ucap Sio yang mendekat dan memberikan lembaran daun berisi dua ikan bakar. Setelahnya Sio berubah menjadi harimau dan berlari menuju belakang bukit.
*****
"Sebenarnya kenapa sampai sekarang Ayhner belum bangun? Aku tak sesabar itu untuk tetap diam seolah tak peduli."
Di kamar, Reva terus dicerca banyak pertanyaan oleh Edgar, suaminya. Edgar memang belum tahu alasan pasti kenapa Ayhner bisa sampai tertidur begitu lama. Reva hanya beralasan jika dia baru saja memberi sesuatu pada Ayhner. Namun Edgar tak bisa terus menahan rasa penasarannya melihat sudah tiga hari Ayhner tak kunjung bangun, dia tentu khawatir pada putranya.
Reva bingung bagaimana cara menjelaskannya, namun melihat tatapan menuntut dari Edgar, Reva pun akhirnya berusaha menjelaskannya.
Sedangkan di kamar Ayhner sendiri begitu ramai karena para teman-temannya datang, mulai dari sahabatnya Arthur dan David, Lorena, dan juga kembar ( Jake dan Juan), dan tentu saja adiknya Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...