PART 7

263 33 3
                                    

Semenjak kejadian dimana Alice berlari keluar kantin karena menatap Lutfi, Ayhner tak pernah lagi diganggu oleh Alice. Hanya saja, saat mereka tak sengaja berpapasan, Alice selalu menatap dengan pancaran obsesi yang begitu kuat. Ayhner khawatir, keterdiaman Alice adalah menyiapkan sesuatu. Ayhner jelas tahu kegilaan seseorang yang terobsesi, mereka ada ditahap melakukan apapun asal mendapatkannya.

"Alice keliatan dingin ya sekarang, gak kayak biasanya." ujar David yang melihat Alice sedang makan sendiri dipojokan.

"Enaklah, damai kita." jawab Arthur yang merasa tenang karena tak ada gangguan lagi.

"Menurut lo gimana, Ner?" tanya David pada Ayhner.

"Entahlah, gue ngrasa dia lagi nyiapin sesuatu. Kalian liat tatapan dia tiap papasan sama kita kan? Gue ngrasa tatapan dia penuh obsesi." jawab Ayhner.

"Gue inget, jujurly ni ya. Tatapan dia waktu itu nyeremin, seketika buat gue inget psychopath di drakor." David bergidik mengingatnya.

"Kalo, Alice sampe beneran obsesi. Gue yakin Angel keseret, secara dia tahunya Angel pacarlo kan?" ucap Arthur.

"Itu yang bikin gue khawatir." jawab Ayhner.

"Kalo, Alice psycho gimana menurut kalian?" tanya David.

"Rumit sih, jelas dia bakal ganggu Ayhner dan keluarga. Dan gak menutup kemungkinan kita juga kena." jawab Arthur pada David.

"Iya. Tapi gue rasa kita gak perlu takut sih." ucap Ayhner dengan senyum tipis yang mengandung arti.

"Kok bisa?" tanya Arthur dan David secara bersama.

"Ada yang lebih serem dari psycho." Ayhner berujar ketika mengingat sesuatu.

"Apa?" tanya serempak David dan Arthur.

"Ren." jawab Ayhner seketika mengingatkan mereka jika Ren memang lebih....errrr.

"Anjim!" umpat David spontan ketika mengingatnya.

"No debat sih itu." Arthur mengangguk setuju.

"Hmm, senggol bacok." ujar David.

"Tapi menurut gue kita perlu selidiki dan awasi Alice deh, kita gak tau latar belakang Alice, siapa aja orang disekitar Alice. Sebisa mungkin jangan sampe masalah ini sampe kedengaran Tante Reva, bahaya, apalagi ada kembar yang masih kecil." pendapat Ayhner mengingatkan mereka jika memang mereka belum tahu siapa Alice yang sebenarnya.

"Bener sih, sebisa mungkin kita selesaiin ini tanpa nyeret orang tua kita." angguk Ayhner membenarkan ucapan Arthur.

"Nanti gue coba retas apapun yang berhubungan tentang Alice." David mengusulkan diri karena memang dia pandai dibidang retas. Apalagi didukung orang tua yang memiliki perusahan dibidang teknologi dan informatika, tentu memudahkannya.

"Thanks." ucap Ayhner pada David.

"Sans aja. Gue kan garda terdepan, slebew." ucap David dengan bangga.

"Ayhner garda belakang berarti?" tanya Arthur.

"Ayhner senjata terakhir. Inget kan urutan penyelesaian masalah versi kita?"

"Yaya...lo depan, Arthur tengah, gue terakhir." jawab Ayhner.

"Nah, good." David mengacungkan jempolnya.

"Kok gue ngrasa Tante Reva itu kayak secret weapon ya?" ujar Arthur dengan menegakkan tubuhnya.

"Hah? Secret weapon gimana?" bingung David.

"Iya." Arthur mulai mencondongkan tubuhnya maju kedepan, diiikuti Ayhner dan David.

"Keluarga Luther, Griffin, dan Ren. Siapa yang gak tahu marga Luther, buat masalah sama Luther aja belum tentu selamat, apalagi sama Griffin. Ketemu Griffin aja susah, berurusan sama mereka juga sama aja siap diambang antara hidup dan mati. Ketemu dua hal itu aja belum tentu yes hidup, apalagi Ren." ujar Arthur memang sesuai kenyataan. Reva atau Ren bagai senjata terakhir, senjata yang sangat ampuh.

AYHNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang