Ayhner sedang duduk dikursi plastik dengan menyantap satu porsi bubur diatas meja.
Kebiasaan Ayhner saat sakit, harus makan sesuai keinginannya, jika tidak, maka dia tidak akan makan.
Saat sedang makan, Ayhner melihat seorang kakek tua melihat sendu kearahnya, atau buburnya?. Kakek itu sedang mendorong sebuah gerobak sampah, dengan topi dan pakaian lusuhnya, dia berhenti dipinggir jalan dan duduk beristirahat.
Ayhner yang melihat itu merasa tak tega, dan kebetulan dia sudah selesai dengan buburnya. Ayhner beranjak mendekat kearah pak Yanto.
"Pak Yanto, minta satu porsi lagi tapi dibungkus ya," pinta Ayhner.
"Siap den." jawab pak Yanto segera menyiapkan pesanan Ayhner.
Setelah selesai, Pak Yanto langsung memberikannya pada Ayhner dan langsung dibayar olah empunya.
Setelah menerima bubur itu, Ayhner berjalan perlahan menyebrang menuju kakek tua itu.
"Assalamualaikum, Kek." salam Ayhner yang duduk disamping kakek itu.
"Waalaikumsalam." jawab kakek itu sembari tersenyum.
"Kakek udah makan?" tanya Ayhner.
"Belum cu, kakek belum setoran, belum ada uang buat beli makan." jawab kakek itu.
Ayhner tersenyum, hatinya terasa ngilu mendengarnya. Dia kemudian merogoh kantungnya mengeluarkan beberapa lembar uang, kemudian memberikan plastik berisi bubur dan uang pada kakek itu.
"Kek, ini saya ada bubur dan sedikit rezeki buat kakek." ucap Ayhner.
Kakek yang melihat Ayhner memberikan bubur dan uang pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, dia langsung menerima dan membungkukkan badan mengucapkan terima kasih pada Ayhner.
"Alhamdulillah, makasih cu, makasih banyak. Semoga rezeki lancar terus dan selau dilindungi tuhan ya cu." ucap kakek itu mendoakan Ayhner.
"Sama-sama kek, yaudah kalo gitu saya pamit ya kek." Ayhner beranjak berdiri hendak kembali, tapi sang kakek menyegahnya.
"Bentar cu." Kakek itu menahan Ayhner agar tak pergi, dia meletakkan buburnya dan mengambil sesuatu dari kantung celananya dan memberikannya pada Ayhner.
"Ini dari kakek, sebagai ucapan terima kasih. Semoga bermanfaat ya." Kakek itu memberikan Ayhner sebuah gelang berwarna coklat dengan bandul silver berbentuk harimau.
Ayhner menerima gelang itu, dan mengucapkan terima kasih dan menyebrang kembali ke mobilnya, tanpa tahu jika keanehan terjadi.
Setelah menyebrang, Ayhner menghampiri Pak Toni yang duduk didekat mobil.
"Pak Toni, ayo pulang!" ajak Ayhner.
Pak Toni langsung berdiri dan membukakan pintu untuk Ayhner, setelah Ayhner duduk, Pak Toni menutup pintu dan membuka pintu bagian supir, dia duduk dan segera menjalankannya.
"Aden, abis makan bubur tadi kemana?" tanya Pak Toni yang memecah keheingan dalam mobil. Dia memang melihat Ayhner yang berjalan menyebrang, tapi tak terlalu memperhatikan lagi setelahnya.
"Nyamperin kakek tua tadi ngasih bubur, kasian panas-panas gitu." jawab Ayhner.
Pak Toni mengernyit bingung, seingatnya tak ada kakek tua disekitar sana.
"Kakek tua mana den?""Kakek tua yang dorong gerobak sampah, Pak Toni gak liat?"
"Den, seingat saya mah gak ada kakek tua. Saya liat aden nyebrang pun disekitarnya sepi gak ada orang." jawab Pak Toni membuat kebingungan diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...