Seorang pria tua sedang duduk di sofa menunggu kedatangan seseorang, dia beberapa kali melihat kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
Hingga beberapa saat kemudian terdengar bunyi ketukan sepatu mendekat.
"Kakek?"
Pria tua itu tersenyum ketika merasa dipanggil. Dia kemudian berdiri dan menghadap pada orang yang sudah ditunggunya dari tadi.
"Hai Queen." sapanya pada orang itu dengan merentangkan tangannya. Orang yang dipanggil queen pun menghampiri dan menghambur ke pelukan kakeknya.
"Kapan kakek sampai?" tanya Queen dalam pelukan kakeknya.
"Belum lama. Cukup sepi tak ada dirimu, maka dari itu pak tua ini menyusul." jawab Kakek pada Queen yang dibalas kekehan.
"Pesona seorang Queen memang luar biasa." ucap Queen dengan sedikit sombong.
"Siapa juga yang bisa menolak pesona cucuku ini. Bahkan ayam pun sampai jatuh cinta padamu." ucapan kakek mengundang decakan kesal Queen karena mengungkit masalah ayam itu.
"Ck, Kakek. Bisakah lupakan kejadian memalukan itu? Jangan diingat!"
"Tak bisa, wajah panik mu saat itu tertanam jelas diingatan ini. Hhh."
"Kakekkk..." ujar Queen dengan nada merajuk.
"Hahahaha, bukankah benar, ayam itu jatuh cinta padamu. Maka dari itu dia berlari kearahmu berniat menciummu dengan paruhnya itu."
Queen memandang kakeknya yang kini tertawa terbahak-bahak, mungkin wajahnya menunjukkan wajah kesal, namun hatinya menghangat melihat dan mendengar tawa dari orang yang sudah merawatnya sejak kecil.
"Berhentilah tertawa, Kek. Aku takut tulang rahangmu bergeser." ucap Queen yang membuat sang kakek langsung berhenti tertawa dan menatapnya tajam.
Queen yang melihat tatapan itu tersenyum kaku, dan berniat kabur.
"Kakek pasti lelah bukan setelah perjalanan panjang, makanya aku melarang Kakek tertawa terlalu banyak agar cepat istirahat."Sang kakek menaikan sebelah alisnya, dia tahu tabiat cucunya yang berniat kabur.
"Mau kemana kau?" tanyanya."Kamar. Aku juga lelah, Kek." jawab Queen yang pasrah. Kakeknya ini meski sudah tua namun masih saja sulit untuk bisa dibohongi.
"Darimana?" tanya Kakek.
"Hanya melihat beberapa pertunjukan." Sang Kakek tentu tahu kata pertujukan yang diucapkan cucunya memiliki makna lain. Dia hanya mengangguk menanggapinya.
"Lalu bagaimana dengan anak itu?" tanya Kakek.
"Dia sedang berusaha membangunkan singa yang tertidur." jawab Queen.
"Ah, terserah. Itu bukan urusanku." ucap Kakek.
"Tidak, Kakek pasti akan ikut berurusan, entah kapan waktu itu." sela Queen.
"Ck, ya ya baiklah. Aku ingin istirahat sekarang, dimana kamar kakek tampanmu ini?"
"Pelayan akan mengantarkan." jawab Queen. Dia kemudian memanggil pelayan untuk mengantarkan kakeknya menuju kamar yang tersedia. Dia juga menuju kamarnya untuk istirahat.
*****
Ditengah malam, disaat semua orang tertidur lelap menikmati waktu istirahatnya. Ayhner, tak bisa tidur karena Sio. Alasannya karena hasrat meminum darah Sio muncul, membuat Ayhner bingung harus bagaimana.
Mata Ayhner sudah berubah, geraman terus terdengar. Sio berusaha menahan hasrat nya, hasrat meminum darah pendosa. Ia ingin keluar dan mencari mangsa, namun karena dia sudah terikat dengan Ayhner, maka dia tak bisa pergi jauh dari Ayhner.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...