PART 8

249 34 1
                                    

"Apa kau membawa racun hah?!" pertanyaan penuh emosi dari rekan korban.

Sio hanya tersenyum melihat korbannya, dia tak menanggapi pertanyaan itu, tapi terus menyerang menggunakan racunnya. Sio juga menggunakan kemampuan pengendali pikirannya, terbukti ada tiga orang yang berhasil dia kendalikan untuk saling menyerang. Setidaknya dia menghemat energi, dan sekarang hanya tersisa tiga orang lagi.

"Apa yang kalian lakukan bodoh?!!" teriak rekan dari korban pengendali pikiran Sio, dia bingung kenapa rekannya malah saling menyerang?

"Dasar kau anak tak berguna!!" umpat orang yang melihat rekan lainnya yang juga perlahan berjatuhan dengan mulut berbusa, dia emosi. Bagaimana bisa mereka meregang nyawa bagai diberi racun padahal Ayhner tak memegang racun sama sekali?

"Ah, aku mulai lelah." keluh Sio. Sesaat kemudian Sio berusaha menajamkan pendengarannya, mengecek apakah ada orang lain yang mendekat atau tidak. Dia kemudian tersenyum karena merasakan pergerakan yang jauh dan tak mendekat.

"Baiklah, bagaimana kalau kita akhiri saja?" tanya Sio pada orang yang tersisa.

Tubuh ketiga orang itu sudah gemetar sejak tadi, hanya saja tertutupi oleh emosi mereka. Mereka berpikir harus lari, atau mereka akan bernasib sama dengan yang lainnya.

"Lebih baik kita pergi, anak itu bagai kesetanan." saran salah satu dari mereka.

"Benar, kita harus lari."

Sio tersenyum miring mendengar percakapan mereka,
"Kalian tidak akan bisa kabur." ucap Sio dengan menjilat darah dijarinya. Pemandangan yang menjijikan namun juga mengerikan.

Mereka bertiga yang melihat itu langsung lari meski terpincang-pincang, mereka berusaha menyelamatkan diri. Namun belum jauh mereka melangkah, terdengar geraman mengerikan.

Grrrr

Tubuh mereka mematung ditempat, bagai patung dan sangat sulit digerakkan. Sesaat kemudian,

Roarr

Sebuah auman keras terdengar memekakan telinga mereka membuatnya berdengung dan mengeluarkan darah, dari mata mereka juga mulai keluar darah.

"Akhhhh." teriakan sakit terdengar merdu ditelinga Sio, padahal bagi Sio itu hanya auman kecilnya.

"Sakitttt. Akkhhh." mereka bertiga terus berteriak kesakitan, sungguh menyakitkan.

"Ampunnn, akhh." rintihan mereka membuat Sio memilih segera menyelesaikannya.

Rrroooaaarrr

Auman keras dan panjang berhasil membuat tubuh mereka hancur berceceran.

Sio memejamkan matanya sebentar dan menghembuskan napas lelah, dia harus segera membawa Ayhner pergi, akan jadi masalah jika sampai ada yang tahu.

Sio berjalan menuju motor Ayhner yang tergeletak dijalan, dia sebenarnya memiliki ingatan cara menggunakannya, namun dia tak yakin bisa.

"Apakah aku bisa?" monolognya.

Karena takut merusak, akhirnya Sio memilih meninggalkannya dan berjalan kaki, Ayhner sudah benar-benar tak sadarkan diri jadinya dia harus memutuskannya sendiri, dan untungnya dia ingat jalan pulang.

*****

"Hey, kau tak rindu kakek tua mu ha?" sebuah suara dari sebrang sana melalui sambungan telepon.

"Aku atau kakek yang rindu, hmm?" tanya balik orang yang sedang ditelpon oleh kakek.

"Tentu saja dirimu, apalagi kau itu cucuku satu-satunya yang sangat manja." elak kakek yang tentu ditanggapi kekehan oleh cucunya.

AYHNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang