"Tugas kalian, anter ini ke barak militer, tanpa lecet sedikit pun." ucap Edgar pada Ayhner dan kembar, Juan dan Jake.
"Siap!" jawab mereka bertiga.
"Hati-hati di jalan." mereka mengangguk lalu mengambil tas yang berisi senjata yang biasa digunakan untuk pelatihan para militer, kemudian pergi.
Mereka pergi menggunakan mobil dengan Juan yang menyetir. Juan pun memutar sebuah musik agar tidak sunyi, dia tahu jika suasana nya pasti akan hening karena yang satu kulkas dan yang satunya lagi sedang dalam mode senggol bacok.
Sebenarnya Juan merasa tak nyaman dengan Ayhner yang mode senggol bacok ini, terasa menyeramkan baginya.
"Ayhner!" panggil Sio melalui batin.
"Hmm?"
"Hati-hati, didepan ada orang, tepatnya mereka berada di atas pohon. Sekitar sepuluh di depan." mendengar hal itu, Ayhner pun langsung berbicara dengan Juan.
"Juan, lima pohon dari sini, kecepatan maksimal."
"Kenapa?"
"Ada pengintai." mendengar itu, Jake pun langsung bersedia mengeluarkan pistol nya. Sedangkan Juan mengaktifkan mode anti peluru pada mobil.
Pohon-pohon disini memiliki jarak yang acak, namun karena insting yang sudah terlatih, setelah lima pohon terlewati mereka benar merasakan kehadiran orang lain yang mengintai mereka.
"Atas pohon, sekitar sepuluh orang." ucap Jake.
"Bukan, dua puluh orang! Hindari apapun bentuk pertempuran. Kecepatan maksimal." sela Ayhner.
Juan pun mengangguk, kecepatan pun semakin tinggi dan benar saja, hujan peluru langsung menerjang mobil mereka.
Untung saja mobil yang mereka tumpangi sudah canggih. Dan dilengkapi senjata pula. Yap, mobil yang mereka naiki sudah di setting sedemikian rupa sehingga terkoneksi pada ponsel ataupun layar terhubung. Mobil ini memiliki sensor sehingga mengetahui arah atau titik pasti asal peluru di tembak. Sehingga ketika pengendara menekan tombol khusus, maka senjata tembakan akan menembak sesuai arah peluru datang.Tak
Setelah tombol pada ipad di tekan oleh Ayhner, suara tembakan beruntun terdengar lirih, tentu saja lirih karena mode anti peluru juga dilengkapi peredam, sehingga suara yang terdengar di dalam hanya kecil, sedangkan di luar tentu saja keras.
"Capek juga ya, tapi gimana lagi, ini kerjaan gue yang gajinya gede." monolog Juan. Jake dan Ayhner mendengar, namun malas menanggapi.
"Apa gue beli makanan yang banyak aja kali ya nanti, itung-itung self reward, tapi abis gak ya? Ah bodo lah penting jajan."
Akhirnya selama perjalanan hanya diisi lantunan musik dengan ocehan Juan yang memikirkan makanan apa yang akan di beli nya nanti.
Hingga tak terasa mereka sudah sampai di barak, mereka langsung di arahkan ke kantor tempat para komandan jendral dan petinggi militer lainnya berkumpul.
Setelah turun, mereka langsung menuju ruangan tempat pertemuan.
Brak
"Selalu cepat seperti biasa, terima kasih Tuan Muda." ucap seorang berpangkat Jenderal.
"Hmm."
"Ah, Ayhner, kau sudah sampai ternyata." ucap Komandan menyambut Ayhner, namun tak ditanggapi oleh Ayhner.
"Perjalanan kalian lancar?" tanya nya.
"Ada sedikit gangguan tadi, namun dapat terselesaikan." jawab Juan,
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...