Ingat jika Ayhner adalah orang terngeyel? Dibilang jangan malah dilakuin. Seperti perintah jangan mengganggu Lutfi, nyatanya larangan adalah perintah baginya.
Minggu sore, tepatnya disebuah minimarket. Ayhner yang tak sengaja melihat Lutfi pun mengikutinya.
Ayhner mengikuti Lutfi masuk ke minimarket dengan berlagak bagai pembeli juga dengan terus melirik pada Lutfi. Apakah Lutfi sadar? Tentu. Apa yang diharapkan darinya ini?
"Dia suka makanan manis?" monolog lirih Ayhner ketika melihat Lutfi memasukkan begitu banyak permen dan makanan manis lainnya ke dalam keranjang. Bahkan dia terlihat tersenyum saat mengambil lima pack Yupi. Tanpa sadar Ayhner pun ikut tersenyum melihatnya.
"Terpesona dengan target hmm?" suara Sio memecah lamunan Ayhner. Ayhner pun berdecak ketika mendengarnya.
"Apasi, enggaklah." elak Ayhner. Sio yang mendengar hanya tersenyum mengejek.
"Sudah, akui saja. Lagipula dia memang cantik, tak ada salahnya terpesona."
"Bisa diem gak?!"
"Aku sedari tadi diam, hanya mulutku yang bergerak."
Ayhner mengepalkan tangannya gemas ingin meremat Sio yang berlabel sangat menyebalkan.
Asik dengan rasa kesalnya pada Sio, Ayhner tak sadar Lutfi sudah berpindah tempat.
"Tu kan ilang orangnya." Ayhner pun celingak-celinguk mencari Lutfi. Dia menyusuri tiap barisan untuk mencari Lutfi. Hingga saat sampai di stand minuman, Ayhner terkejut ketika keningnya bertemu sebuah botol yang ditodongkan padanya.
"Ngikutin gue lagi." itu Lutfi, dia memang sengaja menodongkan botol minumannya pada Ayhner agar terkejut.
"Enggak, gue emang lagi belanja kok. Gausah kepedean lo." elaknya karena ketahuan.
"Belanja? Lo disini udah dari enam menit yang lalu, dan cuma belanja coklat doang. Yakin belanja? Bukan ngintilin?" Lutfi masih menodongkan botolnya seakan itu adalah pistol.
"Ya emang belanja harus banyak? Kan bisa sambil jalan-jalan."
Lutfi menurunkan todongannya, namun masih menatap menyelidik pada Ayhner. Setelahnya dia berlalu, malas berlama-lama dengan Ayhner. Tapi Ayhner sendiri malah tetap mengikutinya, tapi kali ini secara terang-terangan.
Lutfi ke kanan, Ayhner ke kanan. Lutfi ke kiri, Ayhner pun ke kiri. Ayhner seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Lutfi berusaha sabar akan itu, namun saat akan ke stand pembalut, Ayhner tak kunjung berhenti mengikutinya.
Lutfi pun akhirnya berbalik secara mendadak, membuat Ayhner ikut berhenti.
"Berhenti ngikutin gue!"
"Bisa aja, tapi lo harus kasih tahu dulu hubungan lo sama Angel. Kenapa Angel begitu was-was sama lo? Gimana?" tawar Ayhner membuat Lutfi menggerutu dalam hati.
'Syukur ketua Griffin selanjutnya bukan dia, kalau sampe Ayhner yang jadi. Ancur yang ada, anggotanya bakal depresi ngadepin dia.' batin Lutfi.
"Tanya sendiri sama adek lo." jawab Lutfi.
"Dia gak mau jawab."
"Berarti itu privasi. Jadi sekarang pergi, gausah ngintilin gue, atau...."
"Atau apa?"
Dugh
"Akhh." rintih Ayhner karena Lutfi memukul kepalanya menggunakan botol minuman.
"Pergi atau gue tendang itu lo!" ancamnya membuat Ayhner kesal dan cemberut, lalu memilih pergi dengan mengusap kepalanya yang kena pukul.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...