"hahahaha.... Haduhh, capek perut gue ketawa mulu." suara tawa dari seorang perempuan yang sedang duduk di sofa kamarnya.
"Boleh gue ambil sekarang?" sebuah suara menghentikan tawanya, dia kemudian menatap perempuan yang telah membuatnya tertawa. Dia tersenyum, kemudian mengetik sesuatu di ponselnya.
Ting
"Gimana? Cukup?" tanyanya.
"Thanks." ucapnya yang kemudian langsung berbalik pergi.
Setelah keluar dari ruang apartemen itu, perempuan itu tersenyum smirk. Menoleh kebelakang, menatap pintu apartemen itu sebentar lalu segera keluar dari gedung itu.
Sampai di basemen, dia memasuki sebuah mobil biru dan mengambil laptopnya, membuka dan segera mengerjakan sesuatu.
Ting
"Hahhh, gue rasa.... dia gila. Sorry mantan bos, gue memang jahat, jadi.... silakan nikmati waktu istirahatmu yang sebentar itu." monolognya dengan menatap puas layar laptopnya yang menampilkan data dirinya yang telah berubah nama menjadi Gracia Alice.
Perkenalkan, dia adalah Zoa, pembunuh bayaran. Namanya tak banyak dikenal, bahkan mungkin memang tidak dikenal. Namun Zoa bersyukur akan hal itu, jadi dia dapat melakukan hal dengan wajar tanpa takut intaian orang yang benci padanya.
Dia mendapat tawaran dari perempuan untuk membuat skenario pembunuhan pada seorang bocah SMP. Ya, dia Alice. Dia mendapatkan Zoa saat berbelanja parfum di mall, saat itu kebetulan Zoa sama-sama sedang berbelanja di toko yang sama dengan Alice. Namun Alice melihat gelagat Zoa yang mencurigakan, singkatnya, Zoa menukar parfum toko itu dengan parfumnya yang sebenarnya racun. Dari situlah Alice mengajak Zoa bekerja sama, dan Zoa pun tak takut mengakui jika dirinya pembunuh bayaran.
Alice cukup terkesan melihat ada perempuan yang bekerja menjadi pembunuh bayaran, karena kebanyakan pembunuh bayaran adalah pria, dan lagi Zoa mengerjakan tugas begitu santai, seolah dia adalah orang biasa.
Sebelum menjalankan tugas, Zoa diam-diam mencari tahu siapa targetnya. Dia penasaran, mengapa harus membunuh seseorang yang masih bocah. Dan setelah tahu, ternyata targetnya bukan sembarang bocah. Disini Zoa mulai timbul rasa ragu, kemudian dia mencari tahu latar belakang pelanggannya. Apakah pelanggannya juga orang berpengaruh seperti targetnya hingga berani mengusik.
Dan inilah yang diucap Zoa, "Seekor tikur berusaha menggigit singa ternyata."
Sebagai pembunuh bayaran, tentu saja dia tahu mengenai mafia, apalagi Griffin. Oh ayolah, siapa yang tak tahu mengenai mereka. Namun karena pada dasarnya Zoa ini mata duitan, dia pun menjalankan tugas dengan baik, namun dia tidak sampai membunuh, dia berpura-pura menjadi warga yang kebetulan lewat dan histeris melihat ada korban kecelakaan, namun tak membantu.
Setelah mendapat bayaran, Zoa langsung mengubah data dirinya, tentu agar Alice saja yang kena dampaknya. Meskipun dia tak yakin 100% tidak ketahuan, setidaknya dia sudah melakukan pencegahan.
Setelahnya Zoa langsung menjalankan mobilnya keluar dari area apartemen. Ketika Zoa berusaha mengalihkan jejaknya pada Alice, Alice pun berniat menghilangkan jejaknya. Siapa yang menduga jika Alice sudah menyabotase mobil yang dinaiki oleh Zoa, berharap Zoa tak selamat.
Mereka saling mengulurkan tangannya dan juga mengacungkan senjata masing-masing. Mereka saling membantu dan juga saling membunuh.
*****
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, terlihat Ayhner dengan mata merah sembabnya duduk dikursi samping brankar Angel. Dia terus menggenggam tangan Angel, dia tidak tidur karena terlalu khawatir ada yang masuk dan mengganggu adiknya. Padahal keamanan ruang rawat Angel sangat ketat, bahkan pintu masuknya saja diberi kunci pin hingga tak sembarang orang bisa masuk. Diluar juga banyak yang berjaga. Jelas keamanan yang terjamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYHNER
FantasyAyhner Dizon Luther, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit putih bersih, mata coklat, rambut hitam dan tentu saja tinggi. Ayahnya yang menjabat sebagai ketua mafia, nyatanya tak membuat Ayhner menginginkan posisi itu, jadilah sang adik yang men...