Langit menatap kembali kotak beludru berwarna hitam itu di tangannya. Jantungnya berdegup kencang setiap kali ia ingin membukanya. Sebentar lagi ia dan Malia akan terikat dalam sebuah komitmen cinta. Ia tak bisa mundur lagi. Langit menghembuskan nafasnya. Ini adalah keputusan terpenting yang pernah diambilnya sepanjang hidupnya. Ia tak pernah memutuskan sesuatu tanpa campur tangan orang lain. Tapi untuk satu ini ia telah memutuskannya sendiri.
Langit melirik jam di tangannya. Sebentar lagi ia akan berangkat ke rumah Bima. Mentari sudah berada di sana sejak sejak pagi untuk mempersiapkan bingkisan lamaran yang akan dibawa nanti. Langit memandang pantulan dirinya dalam cermin. Baju batik pemberian Malia membuatnya tampak berbeda. Ia terlihat lebih dewasa. Dihelanya kembali nafasnya. Ia akan berangkat ke rumah Bima lebih cepat. Mereka akan berangkat dari sana untuk ke rumah Malia bersama-sama.
Tapi tiba-tiba suara-suara bising kendaraan bermotor disusul sebuah ketukan di pintu rumah. Dengan tergesa Langit membukanya. Kedua matanya hampir copot, melihat sosok yang berdiri di hadapannya kini.
"Sandra?" Langit memandang bingung. Di belakang Sandra berdiri Benny dan empat orang yang pernah dikenalkannya malam itu. Dan seorang pria lebih muda yang tak dikenalnya.
Sandra mendorong tubuh Langit untuk kembali masuk ke dalam rumah.
"Ada yang harus kamu tahu tentang Malia!" Wajah Sandra tampak sangat serius.Langit terduduk di sofanya berhadapan dengan Sandra dan Benny. Dan keempat orang teman Benny berdiri dengan tegang.
"Apa maksud kamu, San?"
"Ini Toro!" Sandra menarik pria muda yang tak dikenal Langit itu.
Langit memandangnya dengan bingung.
"Dia pedagang nasi goreng keliling. Saat Ayah kamu tertabrak, dia ada di sana, di Jalan Cemara Timur."
"Apa hubungannya dengan Malia, San?!!" Suara Langit kini Meninggi.
"Dengerin dulu!" Sandra memegang tangan Langit.
"Saat Ayahmu tertabrak. Toro melihat dua orang keluar dari dalam mobil. Laki - laki dan perempuan. Saat ditanya polisi dia tak mengenalinya. Tapi..." Sandra mendekatkan wajahnya. Dihelanya nafas sesaat.
"Tapi apa??!!!" Teriak Langit tak sabar. Dipandangnya Sandra dengan tajam. Kini ia sudah berdiri. Tak kuasa menahan emosinya. Keempat teman Benny di belakangnya mundur ketakutan. Benny mencoba menenangkan Langit dengan mengusap - usap bahunya.
"Saat Toro melihat video perkelahian kamu dengan Alex, dia mengenali Malia."
Langit tiba - tiba tertawa. Ditatapnya Alex yang kini gemetar. "Lu mau balas dendam sama gua? Bawa - bawa cewek gua? Hah!" Hampir saja tangan Langit meraih kembali baju Alex, ketika Benny dan keempat temannya menghalanginya.
Sandra menatap Langit sangat dekat. Disentuhnya dada Langit untuk menenangkannya.
"Toro melihat, perempuan itu mengambil lukisan Ayah kamu yang terlempar di depan kaca mobilnya. Dia mengambilnya dan meletakannya di samping Ayahmu yang saat itu terjatuh bersama motornya."Langit menatap Toro yang ketakutan. "Gak mungkin! Lu jangan ngarang!!" Teriaknya.
"Langit!" Teriak Sandra. "Tenang dulu!" Dipegangnya kedua bahu Langit.
Tapi Langit sudah tidak bisa tenang. Matanya sudah berkaca - kaca. Wajahnya memerah oleh amarah. Dadanya turun naik menahan emosi. Sesaat ia kebingungan. Bahkan ia sudah tak lagi perduli ketika Toro menceritakannya kembali kejadian itu. Ia begitu kebingungan. Sesaat kemudian ia bergegas masuk ke dalam studio lukisnya. Diambilnya lukisan itu. Lukisan terakhir Ayahnya yang dibawanya saat kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Rahasia Langit
RomanceKetika Sang Ayah meninggal dunia karena menjadi korban tabrak lari, dan disusul dengan kematian Sang Ibu, hidup Langit serasa jungkir balik. Ia harus putus kuliah dan bekerja sebagai seorang barista di Cafe Dewa demi menghidupi adik semata wayangnya...