CALLYSTA |♛| 04

433 15 0
                                    






Callysta sedang bersiap-siap, ia memutuskan untuk ikut dengan ayah nya. Tidak tau apa ini keputusan yang baik untuk hidup nya atau tidak dia hanya ingin mencoba.

"Lysta! Ayok!" Teriak Prata dari dalam mobil.

Mereka hanya pergi berdua. Callysta mengancam prata kalau Zarima dan Safrima ikut dia akan buat kekacauan disana.

"Lagi jalan ni, jangan berteriak!" Cibir Callysta kesal dengan wajahnya cemberut. Prata tertawa melihat wajah putri nya sangat mirip dengan sifat sang bunda Carlinta, Apa boleh buat semua udah terjadi.


Di dalam mobil tidak ada yang membuka suara. Callysta sibuk memandangi jalanan yang mereka lewati.

"Kamu marah?" Prata angkat bicara.

"Nggak."

"Terus tuan putri kenapa?." Prata mengusap surai panjang Callysta.

"I miss brother."

"Sabar baby, nggak bakal lama lagi kamu pasti ketemu sama brother." Ujar prata.

Mereka sampai di restoran bintang lima. Callysta menggandeng tangan ayahnya masuk kedalam restoran tersebut dengan sedikit gugup.

Setelah ayahnya memperkenalkan dirinya kepada temen ayahnya dan istri temen ayahnya. Callysta tidak melihat anak mereka yang akan dijodohkan dengan nya. Apa dia tidak ikut?

"Pa, ma, sorry aku telat." Ujar seorang laki-laki dari belakang Callysta, suara itu sangat tidak asing ditelinga nya.

Mata Callysta dan mata laki laki itu bertemu, Callysta menjatuhkan rahangnya sanking kagetnya mata gadis itu tidak berkedip. Apa dia tidak salah lihat siapa yang ada didepannya?

"Bukannya kamu pacaran sama Arabian." Prata berbisik Callysta menggelengkan kepalanya.

Ya laki-laki yang dijodohkan dengan Callysta adalah Arabian, Mahavir Arabian Zayan. Sebenernya Arabian sudah tau kalau dia akan dijodohkan Tapi tidak tau dengan gadis mana ia dijodohkan. Arabian melemparkan senyuman kepada Callysta, Gadis itu menatap Arabian dengan tajam.

Prata sibuk bicara dengan 'Marfion Zayan' dan Mariana kedua orang tua Arabian. Entah apa yang mereka bicarakan Callysta tidak peduli, Gadis itu sibuk melahap makanan tak ada henti-hentinya.

Arabian cuma diam memperhatikan Callysta makan, senyum tak lepas dari bibir laki laki itu.

"Ayah, toilet." Gadis itu menarik ujung jas ayahnya.

Ini lah Callysta sebenarnya manja kalau udah malam ia selalu harus ditemani ke toilet, selama di Amerika ia tinggal dengan brother nya yang kuliah disana. Brother yang selalu temenin dia kemana pun ia pergi selama di Amerika.

"Ayok ayah." Rengek lysta kebelet pipis.

"Iya baby, iya." Prata bangkit dari duduknya.

"Biar saya aja yang nemenin Callysta." Ujar Arabian.

"Ya sudah."

CALLYSTA! |END| (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang