chapter enam belas

10.4K 827 125
                                    

baca chapter kali ini pelan pelan.

***

sudah terhitung lima bulan hyunsuk koma, banyak hal yang jihoon lewati tanpa hyunsuk. namun ia tetap menunggu kekasihnya itu. tak pernah ada niatan untuk mencari kekasih baru, jihoon masih ingin menunggu hyunsuk.

jihoon jadi teringat beberapa momen kebersamaannya dengan hyunsuk. mengingat seberapa kejamnya ia kepada hyunsuk membuat dada jihoon terasa nyeri. penyesalan itu masih bersarang dihatinya. seribu maaf pun tak akan cukup untuk mengobati luka yang selama ini jihoon berikan untuk hyunsuk.

dengan menenteng tas kerjanya, jihoon berjalan di lorong rumah sakit. bibirnya tersenyum tipis ketika melihat bunga yang ia bawa untuk hyunsuk. kini hobi jihoon adalah membawakan buket bunga cantik untuk hyunsuk. jihoon tau, kekasihnya sangat menyukai bunga.

jihoon benar benar tak sabar untuk bertemu hyunsuk. jihoon harap, hyunsuk telah tersadar dari tidur panjangnya.

ceklek

pintu ruang inap hyunsuk ia buka. jihoon terdiam diambang pintu ketika melihat jennie tengah memeluk tubuh hyunsuk sambil menangis dan meraung. jihoon mengernyit bingung, apa yang sedang terjadi?

"nak.. hiks jangan tinggalin mamaa! bangun nak bangun! hiks.."

jihoon menggelengkan kepalanya sendiri untuk menepis pikiran negatif yang berkeliaran diotaknya. apa? jangan tinggalin mama? apa maksut dari kata itu?

jihoon beralih menatap dokter dan beberapa suster yang berdiri dibelakang jennie. dokter dan suster itu terlihat tengah menunduk. ekspresi mereka sedih dan prihatin.

jihoon baru sadar, tak ada lagi selang selang kecil yang tertempel di tubuh kekasihnya. tak ada lagi oxygen catheter yang menempel dihidung hyunsuk. kenapa muka hyunsuk terlihat pucat?

bunga dan tas kerja yang ada ditangan jihoon terjatuh ke lantai, matanya berkaca kaca, dengan cepat jihoon berlari mendekati hyunsuk yang sudah terbaring kaku diatas ranjang.

"h- hyunsuk kenapa?.. hyunsuk udah sembuh? kenapa alat bantu nafasnya dilepas? kenapa dia ga pakai infus lagi?? hyunsuk udah sembuh kan?"

orang orang yang ada didalam ruangan hanya diam, dan itu membuat tangisan jihoon mengeras. jihoon mengelus pipi dingin dan pucat hyunsuk. jihoon menggeleng pelan, seluruh tubuh jihoon bahkan mengalami tremor.

"MANA ALAT BANTU NAFAS KEKASIH SAYA!?, DIA BUTUH PERTOLONGAN! KENAPA KALIAN MENCABUT SELURUH ALAT ALAT YANG ADA DITUBUHNYA? APA UANG DARI SAYA KURANG?!" jihoon berteriak prustasi. mata berair nya menatap tajam kearah dokter dan suster.

"KEKASIH SAYA MASIH HIDUP! KENAPA KALIAN MELAKUKAN INI?" dengan tergesa gesa jihoon mengambil oxygen catheter lalu memasangkan alat itu kehidung hyunsuk. ia menyalakan gas yang ada ditabung oksigen agar oksigen itu bisa mengalir masuk ke hidung hyunsuk.

namun, tetap tak ada pergerakan apapun dari hyunsuk. kekasihnya masih terbujur kaku dengan muka yang semakin pucat.

"sayang... bangun ya? sayang.. jangan tinggalin aku. kalau kamu bangun, aku janji bakal jaga kamu dengan baik. aku ga akan jahat lagi. aku ga akan ninggalin kamu lagi. aku bakal peluk kamu setiap hari. aku janji bakal melakukan apapun untuk kamu. tapi kamu jangan pergi, hiks jangan tinggalin aku.." lirih jihoon sambil menangkup pipi hyunsuk.

tetap tak ada yang berubah. hyunsuk diam dan tak bergerak sedikitpun.

"Dokter! tolong selamatkan kekasih saya hiks.. tolong.. saya mohon. saya ga mau kehilangan dia. tolong pasang lagi alat alat itu ke tubuhnya, dia masih bisa hidup dok. hiks saya mohon... dokter.. tolong lakukan apapun. hiks saya gak mau hyunsuk pergi.." jihoon menangis sambil menatap dokter.

sedangkan dokter hanya bisa menunduk, dokter itu juga terpukul atas kepergian hyunsuk.

jihoon beralih menatap wajah hyunsuk, jihoon menampar dan memukul pipinya sendiri hingga pipinya menimbulkan warna merah.

"pukul aku sayang, hukum aku. kamu boleh hukum aku sepuasnya, tapi jangan pergi jauh. aku cuma punya kamu. jangan pergi.. aku mohon jangan pergi.. aku belum nebus semua dosa ku, aku belum bahagiain kamu.." jihoon terisak, ia menggenggam tangan hyunsuk sambil mengecupi tangan yang dingin itu.

jennie yang melihat hanya bisa menangis, ia mengulum bibirnya sendiri untuk merendam isakannya.

"hyunsuk, aku bawa bunga untuk kamu. aku juga nabung, aku ngumpulin duit yang sangat banyak untuk menikahi kamu. aku mau menyematkan cincin ke-jari manis kamu. jadi, kamu harus bangun ya? kamu mau kan nikah sama aku?"

"nanti, kita bangun rumah tangga yang harmonis. aku bakal bahagiain kamu. kita bahagia bareng bareng, kalau sedih juga harus bareng bareng. aku ga akan nutupin apapun dari kamu lagi.. aku nyesel..."

perkataan jihoon mampu membuat hati siapapun yang mendengarnya teriris.

sangat menyakitkan ketika kekasih yang ia cintai pergi untuk selamanya, pergi meninggalkan luka yang mendalam. bahkan jihoon belum sempat membahagiakan hyunsuk, ia belum sempat untuk menebus segala dosanya. ia belum sempat memberikan bunga ketika hyunsuk sadar. ia belum sempat membangun rumah tangga bersama hyunsuk.

hyunsuk telah pergi meninggalkannya. jihoon terima jika hyunsuk pergi keluar negeri, tapi jihoon sama sekali tak terima jika hyunsuk pergi untuk selamanya.

jihoon menelan pahitnya rindu seorang diri.

jihoon mendekatkan bibirnya ke bibir pucat hyunsuk, dengan mata yang terpejam, ia mencium bibir dingin itu. jihoon tak menggerakkan bibirnya, ia hanya ingin menyalurkan rasa sedih dan rindunya.

tidur yang nyenyak, cintaku. kamu ga ngerasain sakit lagi kan sekarang?

***

😁😁

T B C

posesif park ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang