chapter tujuh belas

8.9K 727 99
                                    

"permisi tuan, kami ingin memindahkan pasien choi hyunsuk kekamar jenazah." izin suster itu kepada jihoon yang masih memeluk tubuh hyunsuk.

jihoon menggeleng, dia berlutut didepan dokter sembari menunduk.

"dokter... jangan ambil hyunsuk.. saya ga bisa tanpa dia. tolong berusaha lagi, tolong buat kekasihku kembali lagi.." kata jihoon pilu.

dokter itu menghela nafas
"saya hanya mengobati, saya tak bisa mencegah kematian pasien karna kematian itu hanya tuhan yang bisa menentukan."

jihoon mengulum bibirnya sendiri, bahunya bergetar. ia mengepalkan kedua tangannya sendiri. penantiannya sia sia, hyunsuk yang selama ini ia tunggu akhirnya pergi.

"dokter! jangan ambil hyunsuk! saya mohon!" jihoon menangis dan berteriak ketika ranjang hyunsuk di dorong oleh beberapa suster untuk keluar dari ruangan.

jennie yang juga terpuruk akhirnya mendekati jihoon dan memeluk jihoon dari samping. ia menepuk bahu jihoon berkali kali.

"jihoon.. tenangin diri kamu ya nak? kita harus ikhlas.."

***

semuanya terpukul atas kepergian hyunsuk. jennie, jihoon dan teman teman hyunsuk tak hentinya menangis.

jihoon sangat terpuruk. ia seakan kehilangan penopang didalam hidupnya. ia kehilangan arah. ia tak tau kemana lagi tempat ia bertahan. hyunsuk telah pergi, dunianya pergi untuk selama-lamanya.

jihoon berbaring diatas kasur hyunsuk, tangisan jihoon belum berhenti. matanya bengkak, rambutnya acak acakan. keadaan jihoon sangat mengkhawatirkan.

kenapa hyunsuk pergi? apa hyunsuk benar benar muak? apa hyunsuk memang tak ingin memberikan kesempatan lagi untuk jihoon? apa hyunsuk seenggan itu untuk bertemu lagi dengan jihoon?

jihoon menangis, tangisan yang sangat memilukan. hatinya teriris, dikasur ini sangat banyak kenangan bersama hyunsuk. di apartement ini adalah tempat hyunsuk dan jihoon saling berbagi kehangatan dan cinta.

ddrrrt drttt

ponsel jihoon yang terletak diatas nakas bergetar, dengan lemas jihoon meraih ponselnya lalu mengangkat telfon dari jennie.

"jihoon.. kamu gak mau antarin hyunsuk ke tempat istirahat terakhirnya nak?.."

jihoon menghirup oksigen sebanyak banyaknya, dadanya terasa dihimpit batu besar ketika mendengar perkataan jennie.

"saya ga sanggup ngeliat hyunsuk pergi untuk selamanya. saya hiks.. ga bisa.."

"apa kamu yakin? ini adalah terakhir kalinya kita melihat hyunsuk. kamu yakin tidak mau mengantarkannya?"

Jihoon menyeka air matanya dengan paksa, ia menghembuskan nafas.
"saya akan segera kesana.."

***

jihoon menatap gundukan tanah yang ada didepannya, tatapan jihoon kosong. air mata tak bisa mengalir lagi.

kalian tau? kesedihan level tertinggi itu adalah ketika seseorang tak bisa lagi menangis ataupun berekspresi ketika ia sedang sedih. itu yang jihoon rasakan saat ini.

dulu saat jihoon bilang ia ingin menikahi hyunsuk, hyunsuk terlihat sangat senang dan tak sabar menunggu momen itu tiba.

tapi apa yang terjadi sekarang? jihoon bahkan sudah membeli sepasang cincin dan menabung untuk pernikahan mereka, namun hyunsuk lebih memilih pergi meninggalkannya.

jihoon mengelus batu nisan yang terpajang foto dan nama hyunsuk.

"jadi.. kamu beneran milih untuk pergi ya?"

jihoon tersenyum kecil, bibirnya pucat karna belum makan apapun dari kemarin.

"aku ga bisa tanpa kamu. aku rasa, aku bakal gila."

jihoon menunduk,
"maaf ya.. maaf atas semuanya. maaf karna ga bisa bahagiain kamu."

"setelah ini, ga ada lagi yang bakal nyakitin kamu. kamu harus bahagia ya?"

"orang kayak aku emang ga pantes banget buat kamu. maaf sayang.."

jihoon memang terlihat seperti mengikhlaskan hyunsuk, namun jauh dilubuk hatinya yang paling dalam. jihoon sama sekali tak ikhlas. jihoon membutuhkan hyunsuk didalam kehidupannya.

"i love you, always and forever."

terlalu larut dalam kesedihan, jihoon sampai tak sadar ada seseorang yang berdiri tak jauh dari pemakaman. orang itu tersenyum miring melihat keadaan jihoon.

***

T B C

posesif park ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang