12. Peraduan Sang Rocker

124 14 2
                                    

Bab ini Jade kasih 2000 kata loh... Jangan lupa tingglin jejak yah, apa pun itu mau kritik, next, vote or something... Pokoknya tinggalin jejak aja...

Biar Ryker sama Adriana makin bucin...😍

Ryker

What the hell?

Aku berjalan cepat menghampiri Adriana; dia sudah keburu berdiri, ada ketakutan di wajahnya; Taylor tetap menarik tangan Adriana.

"Lepaskan Adriana, Tay!" teriakku geram sambil berusaha melepaskan tangan Taylor--yang menggenggam pergelangan tangan Adriana.

"Iya, aku lepasin... tuh!" Taylor terkekeh mabuk.

Aku menggenggam tangan Adriana, tapi dia menghempaskan tanganku.

"Lagi pula dia menyikutku lumayan kencang. Dia akan mempermainkanmu Ry, percaya kata-kataku!" teriak Taylor; yang langsung diiyakan oleh para groupie.

"Shut up, Tay! Sekali lagi kau menyentuhnya dalam keadaan begini, akan kupatahkan lenganmu!"

"Aku ingin pergi," bisik Adriana sambil mencengekram bahuku.

Aku mengangguk; dia menggandeng lenganku. Ketika berjalan hampir menuju kamarku, kami bertemu dengan Sean dan Hemi. "Kalian lihat Ashley?"

"Ashley sudah tidur. Tadi kami habis ngobrol di balkon tengah," jawab Hemi.

"Aku minta tolong, untuk bubarkan pestanya!".

"Tunggu Ry, kenapa dibubarin?" Dahi Hemi berkerut.

"Panjang ceritanya, besok juga kalian tahu. Aku minta tolong, okay!" kurasakan tangan Adriana masih memeluk lenganku erat.

"Ok, Ry," angguk Sean sambil menepuk punggungku.

Ketika sudah di dalam, aku mempersilakannya untuk duduk di mana pun. Aku membuka pintu balkon. Jujur saja, aku ingin kami makan dengan suasana yang romantis, dengan pemandangan kelap-kelip kota Los Angeles.

Saat aku berbalik, dia sedang mengitari kamarku sambil tersenyum menghantui. Dia memegang dan mengusap semua barang berwarna biru yang berada di ruangan ini, mulai dari busa pada dinding aksen di belakang kepala ranjang, seprai katun, kertas dinding, juga sofa di depan ranjang. Dia sempat berdecak kagum ketika melihat lemari yang super besar, lampu kristal, juga cermin di atap kamar.

Tentang cermin besar di atap kamar, dia hanya berdecak geli.

Adriana pergi ke arah kamar mandi. "Wowww, aku tidak percaya ini!"

"Kenapa, hmm?" tanyaku sambil membawa makanan ke balkon.

Adriana keluar dari kamar mandi, wajahnya ceria, "Kau lebih menggilai warna biru dibanding aku, Ry Lee."

"Masa?" kekehku.

"Serius. Kamar biru ini menakjubkan. Wahh, aku bisa tenggelam di dalamnya. Ranjangnya sangaaat besar..." dia tertawa geli, "tentu saja karena kau juga besar. Kamar mandimu, Temanku, benar-benar tidak nyata." Dia berjalan menghampiriku yang sedang duduk di kursi balkon.

In Bed with a RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang