1. 2

311 25 2
                                        

Adriana

Ketika menunggu Ashley menjawab teleponnya, mataku berkelana pada seseorang yang duduk di sampingku. Ryker sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

Waktu dia menanyakan apakah aku masih ingat dia, jujur saja aku ingat... karena band-nya memenangkan Grammy sebagai Best Rock Song. Kenapa aku tahu, padahal aku bukan penggemar musik rock? Karena aku yang membacakan nominasi Grammy-nya, dan sempat bekenalan di backstage yang hiruk pikuk.

Aku malahan masih ingat, dia satu-satunya cowok kekar dengan tinggi badan kira-kira 190 cm ini, memakai setelan jas biru, saat personel lain memakai setelan jas hitam.

Kini aku tahu kalau bibir atasnya hampir tidak kelihatan ketika dia tersenyum. Di pipi, dagu, dan rahangnya yang tajam, ditumbuhi bulu bulu pirang yang baru tumbuh--dari bekas dicukur. Ada cekungan di batang hidungnya, seperti pernah patah sebelumnya.

Namun, fitur terbaik darinya adalah warna matanya... ya, abu-abu bulu serigala.

Intinya, wajah lelaki ini, bukan wajah yang tampan secara klasik. Mataku kembali menelusuri rambut pirangnya yang yang lurus, panjangnya menyentuh kemeja tattersall yang dipadankan dengan blazer suit biru, jeans biru, dan juga bot kulit hitam.

Gaya berpakaiannya enak dilihat. Aku suka.

Yang benar saja! Ashley kakakku--yang tak pernah lepas dari ponsel, tidak mengangkat-angkat telepon dariku.

Aku sudah menelepon Rory dan Dee, tapi tak satu pun yang menjawab teleponku. Ini memang salahku juga, aku lupa diri berkeliling dan berbelanja, sehingga tiba waktunya mereka makan malam di restoran, aku baru sampai hotel dan belum bersiap-siap.

Aku memperhatikan iPhone-ku yang kunamakan CA, kependekan dari nama superhero favoritku Captain America. Apa aku harus mengirim pesan pada mereka, atau meneruskan berbincang-bincang seru dengan Ryker?

Wow, apa yang ada di pikiranku saat ini?

"Bumi pada Adriana." Ryker mengguncang bahuku, terasa jari-jarinya yang kapalan mengusap kulitku, err... membuatku merinding.

Aku terkikik. "Oh, sori Ryker, sebentar lagi umm... aku harus pergi nyusul cewek-cewek. Begini, sahabatku mau menikah kira-kira 10 hari lagi. Rory sengaja mengatur bachellorette party ini menyesuaikan dengan waktuku. Kau sendiri, ngapain di Vegas?"

"Sebenarnya aku jadi saksi pernikahan sobatku, di sela-sela akhir tur," balas Ryker sambil melepaskan sentuhannya dari bahuku hingga aku terkesiap.

"Oh, yaa... salah satu personil band-mu bukan? Maksudmu di sela-sela tur, kau ke Vegas untuk jadi saksi?"

Siapa sangka rocker bisa romantis juga.

Ryker

"Yep. Elijah... bassist di band-ku, menikah dengan Serena, pacarnya dari SMU. Kami terbang kemari setelah selesai tur di Portland. Pagi itu juga berangkat, siang menikah. Aku, JJ, dan Hemi jadi saksi. Besok pagi harus terbang lagi ke San Francisco, karena malamnya harus tampil di sana."

Adriana tersenyum manis, pandangannya menerawang. "Itu manis sekali. Tolong katakan, selamat berbahagia pada pasangan pengantin baru itu dariku."

"Yep. Nanti akan kusampaikan. Sekarang, kau mau ke mana?"

"Barusan sudah kubilang, mau ke bachellorette party. Umm Ryker, biasanya kan, band rock kalau tur ditemani sama para groupie... apa benar begitu?" Adriana mengedip-ngedipkan matanya.

In Bed with a RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang