6. Ry Lee

137 18 1
                                        

Darlin... Jangan lupa tinggalin jejak apa pun itu. Mau komen, kritik, next, or klik 'bintang'. Biar Jade tambah semangat update ceritanya. Makasih...

Ryker

Aku membuka pintu dan mataku menatap angel yang sedang tiduran di lantai, dan mengerang. Tidak, maksudku terjatuh dengan posisi tertidur. Satu kakinya tertidur dan satu kakinya mengangkang memperlihatkan betis, paha, dan tentu saja celana dalam biru berenda.

Seksi.

Aku menghampirinya dan berjongkok di depannya. "Kenapa, Angel? Terpeleset?"

"Dia berbohong Ry, dia menguping," teriak Shannon dengan nada jijik.

"Ouch, kakiku," erang Adriana dengan wajah kesakitan.

Aku tidak mendengarkan apa kata Shannon, malahan membereskan gaun Adriana yang tersingkap dan menatap wajahnya yang memerah. "Selain kakimu apa lagi yang sakit, hmm?"

"Kakiku sepertinya terkilir dan bokongku sakit," balas Adriana serak, matanya berkaca-kaca.

Kasihan. Adriana benar-benar kesakitan. Bisa-bisanya Shannon menyangka dia menguping. "Biar kuangkat pelan-pelan, beritahu aku kalau ada yang sakit, yah?"

Adriana hanya mengangguk.

Aku mulai mengangkat tubuhnya ala bridal.

"Ouch, ouch," erang Adriana kesakitan.

"Peluk leher aku. Okay, tahan sebentar."

Setelah aku bangkit sambil menggendong Adriana, aku tersadar, Shannon masih di sini. Matanya melotot dan berkaca-kaca. Sialan. Aku jadi tidak enak.

"CA-ku, Ryker... bisa tolong carikan?" Adriana mengusap kulit leherku, meminta perhatianku.

Aku menatap mata safirnya yang berkilauan, bibirnya yang tebal dan penuh dipulas lipstik merah muda, kulit wajahnya terlihat halus seperti pualam, ada dua bintik kecil di pangkal hidungnya.

Menawan.

"Apa Adriana... C-apa?" tanyaku.

"Ponsel aku loncat pas tadi terpeleset."

"Iya, nanti akan kucari ponselmu, biar aku tidurkan kau dulu di sofa, okay!" Aku melewati Shannon ketika menggendong Adriana--ke dalam kantor Pops.

Masih bisa kurasakan tatapan mata Shannon menembus punggungku. Setelah menidurkannya di sofa, aku keluar dari ruangan, ternyata Shannon sudah pergi.

Apa aku harus merasa bersalah?

Sebelum benakku berkelana, terdengar suara dering ponsel, ternyata ponsel Adriana ada di pojok dekat pintu toilet. Terlihat nama "Tom" pada layar ponselnya. Sialan. Lelaki lagi, aku tergoda mengangkat ponselnya, dan memberi tahu bahwa Adriana sedang bersamaku. Namun dering itu keburu berhenti.

Mataku terpaku pada Adriana dari celah pintu yang terbuka. Dia sedang tertidur miring di sofa, bagian punggung dan kepalanya disangga oleh bantal, tangan mungilnya sedang mengusap-usap bokongnya dan sesekali mengerang. Kakinya agak ditekuk dan dia masih memakai sepatu berhak tinggi.

Setengah mati, aku ingin menjadi tangan Adriana dan mengusap bokong yang penuh itu.

"Angel, ini ponselmu." Dia mengambil ponselnya dari tanganku; aku mundur ke arah kulkas, tapi mataku masih tertuju padanya.

Tiba-tiba aku diberi senyuman menghantui lagi... senyuman yang akan menghantuiku bukan hanya berminggu-minggu, tapi selama berbulan-bulan ke depan. Bantal terbang ke arah wajahku. "Wauuw," teriakku sambil menangkis bantal tersebut dengan tanganku.

In Bed with a RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang