18. My Precious

5.8K 161 18
                                    

Happy reading, Darlin... Jangan lupa tinggalin jejak yah... Apa pun itu, mau kasih bintang, kritikan, or komenan manis. Jade terima dengan senang hati.... Thanks.

Wattpad error berat. Beberapa chapter ilang nggak jelas. Imbasnya view aku berkurang n' PR update chapter baru.

So, kalo ada tulisan yg belum di I (italic) mohon maklum, wokkay, cuz aku nggak edit lagi.

Ryker

Pagi ini aku bersantai sambil mendengarkan musik di lounge--dalam sebuah entertainer bus. Bus ini akan membawaku tur terakhir di San Diego. Semuanya meneruskan tidur ketika bus ini berangkat... hanya Serena yang terlihat di dapur kecil, sempat membuatkan cokelat panas untukku dan kembali ke kamarnya, pada suaminya yang masih tidur. Itulah keistimewaan menikah, mereka menempati satu-satunya kamar yang ada di dalam bus ini.

"Dude, kau tidur, ya?" tanya Taylor yang baru masuk ke ruangan ini, lalu duduk di sofa agak jauh dariku.

"Nah--tidak, nanti mungkin," jawabku sambil menidurkan kepalaku di sofa dan menutup mataku. Kadang aku berpikir hubunganku dengan Taylor ini seperti bom waktu, tinggal menunggu meledaknya saja. Jika soal musik, kita nyambung... soal yang lainnya, dienak-enakin saja.

"Kau pulang dengan Adriana semalam?" Taylor merubah-rubah saluran TV, dan sudah pasti berlagak santai.

"Yep."

"Kau menyukainya?"

"Yep," balasku yakin. "Kau sudah tahu, kan?"

"Aku juga menyukainya."

Seketika itu juga aku membuka mataku, menatap mata yang menantangku untuk berbuat sesuatu yang akhirnya akan kusesali. "Wajar, Rian menyenangkan, humoris, nyambung di ajak ngobrol apa pun, bahkan dia menyukai Bruce Lee dan Yip Man, kurang seksi apa coba?"

Taylor terkekeh. "Dia suka Yip Man? Tambah satu poin lagi, deh."

Kami tertawa bersamaan.

"Dilihat dari wajahmu, kau belum menidurinya, kan?" tanya Taylor, keningnya berkerut.

"Tay!" Aku memberinya peringatan.

"Sori, aku hanya penasaran saja. Dia bukan tipe cewek 'wham bham thank you maam', aku tahu itu."

Aku hanya mengangguk.

"Aku tahu, aku tidak fair padamu. Kau yang pertama dekat dengannya, menjadi temannya... tapi aku yang menyalipnya diam-diam, dan mengacau semalam." Taylor memijit-mijit batang hidungnya.

Aku tersenyum. "Kau mengacau dua kali, Tay."

"Yeah itu juga. Kenapa kau tetap baik padaku, huh? Setelah semua perlakuanku padamu?" tanya Taylor, pandangannya masih ke arah TV.

Aku mengedikkan bahu. "Mungkin karena aku tidak bisa memilih saudara lain. Aku lebih memilih memaklumimu dibanding memusuhimu."

Taylor tertawa, namun tidak menyentuh matanya. Pandangannya menerawang. "Kau... selalu saja ada kata-kata mutiara yang keluar dari bibirmu."

In Bed with a RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang