05

787 39 0
                                    

Hai Fren!
Chapter 5 sudah update! Wuwww. Gak bosen sebelum baca tolong vote, dan Comment yang banyak ya supaya makin cepet update chapter berikutnya.

'Selamat Membaca'

Deruman dari 7 motor sport memasuki area sekolah. Dipimpin oleh motor Sport berwarna berwarna merah milik Melvin, motor kuning milik Gibran, motor hitam milik Raga, motor biru milik Langit, motor Jean warna Hitam bercorak Pink, motor hitam bercorak putih milik Guel, dan motor terakhir berwarna hijau milik Ghava.

Gibran lagi - lagi berdecak saat melihat motor sport itu berjejer rapi, "Jean, Lo gak ada niat ganti warna motor lo apa? Sepet banget mata gue liat warna pink."

"Ya gausah lihat" ucap Jean santai.

"Lo itu udah keren, gagah, ganteng masa iya suka warna pink, ayo lah ganti - ganti." rupanya Gibran tetap pada pendiriannya, ia ingin temannya itu mengubah warna kesukaannya.

Masalahnya bukan cuma motor aja warna pink, tapi mulai dari Case Ponsel, Baju, Sprei, hingga dalamannya berwarna Pink.

"Lo ngeraguin warna kesukaan gue, pink itu warna Favorit gue dari kecil. Udah deh pokonya warna pink tetap kesukaan gue," ucap Jean tak terbantahkan. "Dari pada warna kesukaan lo, warna kuning. Kaya tai."

"Si anjir, malah ngatain balik."

Semua pasanag mata memusatkan pandangan mereka kepada ketujuh laki - laki tampan itu. Tidak! Bukan itu lebih tepatnya seorang perempuan yang dibonceng Langit, dan berada diantara mereka.

Aira menepuk kesal lengan Langit, "Gue udah bilang turunin di depan aja. Liat tuh pada melototin gue,"

"Gak usah dipeduliin Ra," ujar Melvin.

"Kalau gitu gue duluan kekelas ya," saat hendak melangkah tangannya ditahan Langit.

"Ayo gue anter," ucapnya. Langit memandang teman - temannya "Duluan aja, gue nganter Aira dulu,"

"Oke!"

"Lo bedua ngapain masih diem disitu?" tanya Langit saat dua titisan demit masih berdiri tegak di tempatnya.

"Mau ikut," jawab Guel.

"Ghava juga ikut!"

"Gak! Gak ada," tolak Langit.

"Pelit banget, orang sama teteh boleh. Iya kan teh?" Guel menatap Aira dengan mata berbinar.

"Iya, boleh,"

"Ra-"

"Yaudah gue sendiri aj-"

"Oke! Iya Lo bedua boleh ikut!" ucap Langit kesal. Ia berjalan disamping Ghava yang sedang berceloteh ria dengan Aira dan Guel.

Mereka tiba dikelas XII IPA. Langit menyingkirkan dua iblis kecil yang sedari tadi terus menempel pada istrinya.

"Masuk gih, belajar yang bener," tangannya terulur mengusap pelan kepala Aira.

"Nanti istirahat makan yang banyak. Uang yang gue kasih tadi dibawa kan?" Aira mengangguk lagi.

"Udah? Gue masuk, Lo langsung kekelas jangan bolos!"

Langit mengedip genit, "Iya sayang,"

"Ra," panggil Langit lagi.

"Apa lagi Lang-"

Cup!

"Dah masuk! Ayo!" ia segera menarik Guel dan Ghava untuk pergi.

"Dadah teteh!"

°°°

Suasana kelas XII IPA ricuh ketika Aira masuk kedalam kelas. Gina teman dekat-nya itu hanya duduk manis dengan senyum yang sangat mengembang.

Langit Dirgantara [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang